Hai hai, postingan kali ini di
sponsori oleh sulitnya mengumpulkan semangat untuk menulis lagi. Heyuuh.
*melakukan pemanasan jari*
Kali ini, saya ingin sekali
menuliskan cerita tentang keluarga baru yang saya temukan selama proses KKN.
Hehe, iya, saya sudah KKN looooooooooh. KKN yang super menyenangkaaaaan.
*tebar-tebar bunga ala emot line*
Sebenarnya ini adalah postingan
yang telat untuk dituliskan, karena ingatan saya tentang KKN pun sedikit demi
sedikit sudah mulai memudar. KKN sudah berakhir sekitar…… entahlah (karna sudah
hampir setengah tahun lebih), walau begitu saya dan teman-teman masih tetap
berhubungan erat. Eh, tidak erat-erat juga sih. *lalu dibuang dari kelompok KKN
unit 121*
Yap.
Saya berada di unit 121 yang
dipercayakan kepada desa Wonolelo, dusun Ngagrong, di gunung Merbabu. Saya
tidak ingin bercerita tentang bagaimana indahnya pemandangan di dusun tersebut,
karena pasti akan jadi postingan yang paaaaaaanjang sekali dalam melukiskan
keindahan disana. Seakan tidak ada kata yang cukup dalam mengiaskan indahnya
alam disana. Dari sana, seakan dunia adalah milik kita (baik ini agak lebay).
Tapi, memang betul. Pertama kali saya tiba disana untuk observasi, saya hanya
bisa terbengong-bengong bagai orang kampung yang tidak pernah melihat pemandangan
alam sebagus disana, rasanya seakan berada di surga walau saya tidak pernah
tahu surga itu seperti apa. Yah, walau begitu surga pasti beribu kali lipat
lebih bagus lagi, wah kalau di Ngagrong saja sudah sebagus itu bagaimana
indahnya surga nanti ya. Mungkin saya akan pingsan saking takjubnya.
Saya pun sebenarnya juga tidak
ingin bercerita mengenai keramahan penduduk disana, bagaimana semuanya sudah
saya anggap seperti keluarga sendiri. Keakraban antar tetangga yang mereka bina
sungguh lebih dari keluarga sendiri. Mungkin karena rumah disana berdekatan
semua, berbeda dengan di kota yang jauh dipisahkan oleh sebongkah pagar. Saya
teringat ketika saya sedang sakit, tiba-tiba saja ketika keluar rumah hampir
semua ibu-ibu, adik-adik, dan para remaja putri menanyakan kondisi saya.
“ Mbak manda lagi sakit ya katanya
? “
“ Mbak ayo sini mampir rumah saya
dulu, nanti saya buatkan minuman jahe biar mbak cepat sembuh “
“ Mbak ayo sini saya pijatkan saja
ya “
Dan baaaaaaanyak lagi.
Ketika saya dan teman-teman saya
sedang mendaki gunung Merbabu dan kami terlambat pulang karena suatu hal pun,
para warga sangat mengkhawatirkan kami sampai-sampai ada yang menangis.
Beberapa mencoba menghubungi, namun hp kami semua memang dalam keadaan off.
Ketika keesokannya kami sampai di posko (rumah kami selama di Ngagrong), para
warga langsung menggerubungi dan menanyakan kabar kami semua. Hhaah.. itu hanya
0.0001% cerita tentang keramahan para warga selama sebulan kami berada disana.
Dan yang paling saya banggakan dari
dusun tersebut adalah tentang penghafal Qur’annya. Jadi, disana memang ada
sebuah mesjid serta TPA untuk menghafal Qur’an. Baru sekitar 2 tahun berdiri,
namun warga sangat menerima nya dengan antusias. Para remaja yang baru berumur
15 tahun dsb telah berhasil menghafalkan sekitar 5 juz dalam 2 tahun. Para
warga pun, baik ibu-ibu, anak2, serta remaja telah menggunakan jilbab syar’I
panjang yang sesuai dengan syariat Allah. Kami pernah berdiskusi dengan para
remaja disana, dan mereka benar-benar membuat saya takjub. Mereka bercerita
tentang menjaga pandangan serta pergaulan dengan lawan jenis, serta tentang bau
parfum yang tidak boleh dicium oleh kaum adam. Mereka bahkan membatasi sms
dengan lawan jenis karena takut mendekati zina. Banyak hal yang saya pelajari dan
ambil maknanya dari setiap ucapan serta perbuatan mereka. Jujur, saya disana
bukan mengajar selayaknya mahasiswa KKN, namun saya lebih banyak belajar dari
para warga desa disana, terutama masalah akhlak dan moral.
Baik, karena saya sudah lama tidak
menulis, guna tetap menjaga otot-otot jari saya (hihi), sepertinya saya pun
harus membatasi cerita-cerita indah yang banyak sekali terjadi selama saya
disana. Saya menyesal kenapa saya tidak membuat buku harian semacam diary ketika
berada disana. Banyak hal terindah selama hidup saya yang terjadi disana.
Seperti saat membantu warga untuk menanam sayuran di ladang, serta bermain
dengan para anak-anak kecil ke tengah hutan demi melihat air terjun yang
ternyata sudah mengering. Haha, benar-benar hutan! Bukan hutan mainan atau
olahan yang sudah dijadikan tempat pariwisata. Enggaaaaak. Dan saya hanya
sendirian orang dewasanya, sedangkan yang lain adalah anak kecil. Saat itu yang
lain sedang tidur, sih.
Hobby baru
saya selama disana adalah berjemur di pagi hari ketika ada matahari, karena
suhu udara disana sangat lah dingin. Yaiyalah, dusun itu termasuk yang dekat
dengan puncak gunung Merbabu dibanding dusun lainnya. Namun, matahari juga
jarang menampakkan sinarnya, jadi ketika di pagi hari terlihat matahari saya
akan berteriak kesenangan dan meloncat keluar untuk merasakan kehangatan (?)
hahaha. Mandi serasa bagai diguyur air es, bahkan terkadang lebih dingin. Kalau
keluar malam-malam keatap buat nongkrong, saya biasanya menggunakan sarung
tangan. Karna kalau tidak seperti itu benar-benar bisa menggigil. Bahkan di
sore hari saja, kami sangat sering menggigil karena kedinginan. Btw, atap
adalah tempat nongkrong terasik. Karena dari sana pemandangan pagi, siang,
sore, bahkan malam (untuk melihat bintang) teramat amat amat amat amat sangat
indaaaaah. Kalaupun malam saya harus sendirian nongkrong naik keatap, saya
berani melakukannya (terlebih buat cari sinyal telponan sih, hahaha). Padahal disana sangat gelap karna hampir tidak ada lampu jalan. Tapi berkat itu, bintang menjadi terlihat sangat indah dari sana.
Begitu pula dengan teman
saudara-saudari sekelompok saya yang sudah menjadi keluarga baru saya, kenangan
dengan mereka tak kalah indah. Kita semua berada di bawah atap yang sama selama
sebulan, makan dan minum yang sama, memandang bintang dan langit yang sama,
merasakan keramahan yang sama, menonton film yang sama dengan menggunakan
proyektor, serta hal lainnya. Bagaimana kita setiap malam selalu melakukan
hal-hal bodoh indah bersama, seperti duduk diatas atap sampai larut
malam sambil memandang bintang dan saling curhat satu sama lain, melakukan
permainan kartu dengan hukuman-hukuman yang sangat menyebalkan seperti harus
jujur-jujuran menjawab berbagai pertanyaan, menonton film dari yang sedih
sampai ngakak bersama-sama sampai laruuut malam, dimarahin bersama-sama karena
terlalu keras tertawa saat larut malam, memasak dan membersihkan rumah
bersama-sama, pergi ke pasar bergantian, dll. Kita pernah menangis dan tertawa
bersama. Kita pernah dimarahi dinasehati dan disayangi bersama-sama oleh
banyak orang. Kita sering mengkhawatirkan satu sama lain, dan terkadang kita
berdebat akibat terlalu khawatir akan keadaan satu sama lain. Kalian tahu,
mereka sangat berarti bagi saya. Mereka tahu berbagai sifat yang bahkan jarang
orang lain mengetahuinya. Mereka mampu membuat saya benar-benar menjadi diri
saya sendiri saat berada di dekat kalian. Mereka mampu mengungkap sifat-sifat
buruk saya dan tetap menerimanya dengan hati terbuka. Mereka tahu bahwa saya
adalah orang yang sangat suka berbasa-basi, moody, pemarah, ngeyel, dsb. Mereka
tahu bahwa saya terkadang sangat suka menyimpan segala nya sendiri dan berkata
baik-baik saja agar tidak membuat orang lain khawatir, tapi disaat tertentu
dapat menjadi sangat sering mengeluh dan terus saja mengeluh. Saya terkadang
menjadi menyebalkan dan senang sekali melakukan sebuah permainan psikologis
untuk orang lain, mereka tahu bahwa terkadang saya bisa jadi sejahat itu. Mereka
tahu bahwa saya sangat suka tiba-tiba menghilang tanpa kabar ketika berada di
posko dan berjalan keluar sendirian. Mereka tahu bahwa saya sangat gengsi hanya
untuk berkata rindu dengan mereka bahkan disaat saya benar-benar sangat rindu,
tapi ketika hal tersebut sudah tidak dapat ditahan lagi maka saya pun akan
mengatakannya dg jujur. Tentu saja, merindukan mereka adalah hal yang sangat mudah
bagi saya.
Kita pernah menakhlukan gunung
bersama-sama, kita juga pernah menakhlukan arung jeram bersama-sama, kita
sering menakhlukan kesunyian malam dan berbagi cerita bersama. Bahkan jika yang
kita bicarakan adalah hal yang sudah diungkit berkali-kali, kita tidak pernah
bosan dan tetap tertawa. Karena hal konyol itu, cerita manis itu, hanya kita
yang tau dan merasakan betapa berharganya itu. Mereka, harta berharga saya.
Sungguh.
Sebelum ingatan itu semakin memudar
satu demi satu, maka izinkan saya untuk menorehkan sekilas tentang mereka
secara singkat. Kami ber9 adalah saudara kakak beradik, maka saya akan
menuliskannya dari yang urutan nya paling tua.