Tuesday, October 22, 2013

Misi ?


Bismillaahirrahmannirrahiim..


Apa yang terjadi jika suatu yang kau inginkan tiba-tiba berubah menjadi suatu yang kau takuti ?

Pernikahan, misalnya.

                Siapa yang tidak ingin menikah ? Semua pasti menginginkannya, hanya saja ada yang menginginkannya sekarang, ada pula yang menginginkannya nanti. Saya, termasuk yang dulunya menginginkan pernikahan pada usia dini. Usia dini yang saya maksud pun adalah 21 tahun. Ya, saya menginginkan telah mempunyai pendamping hidup pada umur sekian. Saya berpikir bahwa saya ingin mendidik anak saya secara total tanpa terpaut umur yang jauh, sehingga kami bisa saling mengerti layaknya seorang sahabat sebaya.

                Tapi.. tiba-tiba perasaan itu berubah, saya menjadi takut. 21 tahun, hanya butuh beberapa bulan lagi untuk mencapainya. Saya takut bukan karena khawatir tidak mampu menemukan ‘nya’. Pun bukan takut karena khawatir akan gagal beradaptasi dengan makhluk yang telah dituliskan Tuhan untuk menemani hidup saya. Karena, saya percaya bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya menurut pandangan-Nya. Sebenarnya saya hanya takut.. takut karena harus meninggalkan mama dan abah di rumah. Takut karena tidak bisa tinggal satu atap lagi dengan mereka, mereka yang sangat saya sayangi. Takut karena khawatir tidak dapat lagi merasakan bagaimana rasanya bangun tengah malam dan menyadari bahwa mama tengah masuk ke kamar hanya untuk mengusap kepala kita. Takut karena khawatir tidak dapat lagi mendengar lantunan ayat suci yang dibacakan mama sehabis sholat malam. Takut karena khawatir tidak dapat lagi dibangunkan tengah malam oleh abah ataupun mama hanya untuk minum obat ketika tengah sakit. Takut karena khawatir tidak dapat lagi merasakan bagaimana terbangun karena kompres yang ditaruh mama dikepala ketika tengah demam. Ataupun takut karena khawatir tidak dapat lagi mendengar panggilan abah yang menyebut nama saya hanya untuk membangunkan karena waktu sholat shubuh telah masuk. Saya menjadi takut untuk kehilangan rasa dari semua itu.

                Pada akhirnya saya mengerti.. Kenapa Allah belum ‘mempersadarkan’ saya akan identitas seorang yang telah Ia titipkan sebagai pembimbing saya dalam hidup ini. Seorang yang Ia titipkan untuk saya jaga dengan sepenuh hati, seorang yang bahagia -dunia akhirat- nya yang akan saya jaga dengan erat seerat genggaman tangan anak kecil pada ibunya. Dan ternyata, jawaban dari semua pertanyaan saya dahulu adalah.. karena memang saya yang masih belum siap untuk melakukan itu. Saya masih belum sanggup untuk meninggalkan kehidupan saya sekarang yang dipenuhi dengan kehangatan keluarga dan sahabat. Dan bahkan.. saya tidak tahu kapan kah saya dapat sanggup dengan semua perubahan yang nantinya kau tawarkan.

                Jika kamu muncul sekarang, tentu saya masih belum mempunyai tenaga untuk berlari ke arahmu. Sependek apapun jarak yang takdir berikan. Ya, saya hanya masih belum bisa. Walaupun, saya benar menginginkan dan telah memimpikannya sedari dahulu, tapi ternyata mimpi dan kenyataan itu sekarang bertabrakan. 


Jadi, bagaimana bila suatu yang diinginkan berubah menjadi suatu yang ditakuti sekarang ?

Bahkan jika ini adalah permintaan yang egois, saya akan tetap mengatakannya padamu dengan penuh rasa bersalah. Tolong.. tetaplah bersembunyi dahulu, hingga saya siap di suatu hari nanti.



P.s : di suatu hari nanti, ketika kamu hadir, saya akan memohon kepadamu dengan sangat untuk mempunyai tempat tinggal yang berdekatan dengan orangtua saya. Saya ingin mengabdi kepada mereka. Ingin memastikan kebahagiaan dan kebutuhan mereka telah sangat tercukupi seperti kehidupan yang mereka berikan kepada saya sekarang. Pun saya tidak akan lupa untuk menjaga dan memastikan kebahagiaan orangtua mu pula. Kita harus membangun keluarga yang sukses –dunia akhirat- untuk membahagiakan orangtua kita dimasa depan, pun demi keturunan kelak. Hei, bagaimana jika kita jadikan itu sebagai misi kita ? Hingga kita yang sekarang harus mulai berlomba bekal untuk menjadi sukses sampai kita bertemu nanti. 

0 comments:

Post a Comment

Misi ?


Bismillaahirrahmannirrahiim..


Apa yang terjadi jika suatu yang kau inginkan tiba-tiba berubah menjadi suatu yang kau takuti ?

Pernikahan, misalnya.

                Siapa yang tidak ingin menikah ? Semua pasti menginginkannya, hanya saja ada yang menginginkannya sekarang, ada pula yang menginginkannya nanti. Saya, termasuk yang dulunya menginginkan pernikahan pada usia dini. Usia dini yang saya maksud pun adalah 21 tahun. Ya, saya menginginkan telah mempunyai pendamping hidup pada umur sekian. Saya berpikir bahwa saya ingin mendidik anak saya secara total tanpa terpaut umur yang jauh, sehingga kami bisa saling mengerti layaknya seorang sahabat sebaya.

                Tapi.. tiba-tiba perasaan itu berubah, saya menjadi takut. 21 tahun, hanya butuh beberapa bulan lagi untuk mencapainya. Saya takut bukan karena khawatir tidak mampu menemukan ‘nya’. Pun bukan takut karena khawatir akan gagal beradaptasi dengan makhluk yang telah dituliskan Tuhan untuk menemani hidup saya. Karena, saya percaya bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya menurut pandangan-Nya. Sebenarnya saya hanya takut.. takut karena harus meninggalkan mama dan abah di rumah. Takut karena tidak bisa tinggal satu atap lagi dengan mereka, mereka yang sangat saya sayangi. Takut karena khawatir tidak dapat lagi merasakan bagaimana rasanya bangun tengah malam dan menyadari bahwa mama tengah masuk ke kamar hanya untuk mengusap kepala kita. Takut karena khawatir tidak dapat lagi mendengar lantunan ayat suci yang dibacakan mama sehabis sholat malam. Takut karena khawatir tidak dapat lagi dibangunkan tengah malam oleh abah ataupun mama hanya untuk minum obat ketika tengah sakit. Takut karena khawatir tidak dapat lagi merasakan bagaimana terbangun karena kompres yang ditaruh mama dikepala ketika tengah demam. Ataupun takut karena khawatir tidak dapat lagi mendengar panggilan abah yang menyebut nama saya hanya untuk membangunkan karena waktu sholat shubuh telah masuk. Saya menjadi takut untuk kehilangan rasa dari semua itu.

                Pada akhirnya saya mengerti.. Kenapa Allah belum ‘mempersadarkan’ saya akan identitas seorang yang telah Ia titipkan sebagai pembimbing saya dalam hidup ini. Seorang yang Ia titipkan untuk saya jaga dengan sepenuh hati, seorang yang bahagia -dunia akhirat- nya yang akan saya jaga dengan erat seerat genggaman tangan anak kecil pada ibunya. Dan ternyata, jawaban dari semua pertanyaan saya dahulu adalah.. karena memang saya yang masih belum siap untuk melakukan itu. Saya masih belum sanggup untuk meninggalkan kehidupan saya sekarang yang dipenuhi dengan kehangatan keluarga dan sahabat. Dan bahkan.. saya tidak tahu kapan kah saya dapat sanggup dengan semua perubahan yang nantinya kau tawarkan.

                Jika kamu muncul sekarang, tentu saya masih belum mempunyai tenaga untuk berlari ke arahmu. Sependek apapun jarak yang takdir berikan. Ya, saya hanya masih belum bisa. Walaupun, saya benar menginginkan dan telah memimpikannya sedari dahulu, tapi ternyata mimpi dan kenyataan itu sekarang bertabrakan. 


Jadi, bagaimana bila suatu yang diinginkan berubah menjadi suatu yang ditakuti sekarang ?

Bahkan jika ini adalah permintaan yang egois, saya akan tetap mengatakannya padamu dengan penuh rasa bersalah. Tolong.. tetaplah bersembunyi dahulu, hingga saya siap di suatu hari nanti.



P.s : di suatu hari nanti, ketika kamu hadir, saya akan memohon kepadamu dengan sangat untuk mempunyai tempat tinggal yang berdekatan dengan orangtua saya. Saya ingin mengabdi kepada mereka. Ingin memastikan kebahagiaan dan kebutuhan mereka telah sangat tercukupi seperti kehidupan yang mereka berikan kepada saya sekarang. Pun saya tidak akan lupa untuk menjaga dan memastikan kebahagiaan orangtua mu pula. Kita harus membangun keluarga yang sukses –dunia akhirat- untuk membahagiakan orangtua kita dimasa depan, pun demi keturunan kelak. Hei, bagaimana jika kita jadikan itu sebagai misi kita ? Hingga kita yang sekarang harus mulai berlomba bekal untuk menjadi sukses sampai kita bertemu nanti. 

0 comments: