Friday, March 28, 2014

Skenario Allah.


Beberapa hari ini rasanya mood saya seperti diaduk-aduk oleh berbagai macam kejadian. Ada yang menyenangkan, namun ada pula yang sedikit.. yah, sedikit membuat  terdiam dan merenung. Ada pula beberapa hal  konyol yang terjadi dalam hidup sehingga membuat saya malu bahkan hanya untuk sekedar mengingat.

Mereka bilang itu namanya “ terlalu polos “ .
Namun saya menyebutnya dengan “ Terlalu polos dan terlalu bego itu beda tipis “ .

Engga, kamu engga bego. Kamu hanya terlalu telmi, mand. “ – Hesti bisa-bisanya bilang begitu. Entah harus senang atau sedih mendengarnya.

Ada masa dimana saya mulai mempermalukan diri sendiri dan menjadi bahan tertawaan orang lain. Orang lain menganggapnya lucu, saya menganggapnya mencemaskan. Saya takut, dan mereka tertawa. Yah, terkadang memang tidak ada salahnya membahagiakan orang lain dengan kebodohan kita. Ingat kata pak Sus, luangkan waktu untuk membahagiakan orang lain. *kemudian mencoba untuk tersenyum*.

Sunday, March 23, 2014

Cerita Dongeng dari Negeri Antah Berantah




Diceritakan dalam sebuah kisah tentang seorang gadis biasa yang menyukai pangeran. Namun, ibu dari sang gadis tidak menyetujuinya dikarenakan beberapa alasan. Salah satunya adalah karena adanya ketidakinginan melihat kesedihan putrinya yang bertahan dalam kisah kasih yang diam. Singkat kata, ibunya akhirnya berusaha menjodohkan anak gadisnya tersebut dengan lelaki lainnya. Namun, sang gadis tetap keras kepala. Hingga.. pada suatu saat akhirnya ia pun menyerah. Menyerah bukan karena ia mulai membenci sang pangeran, namun menyerah karena ia tahu pangeran akan lebih bahagia jika hidup dengan perempuan yang lainnya, perempuan yang mungkin lebih pantas untuknya. Sang Ibu pun riang bukan main, namun juga sedih melihat betapa gadisnya bertutur dengan jujur tentang perasaan ikhlas yang ia tujukan dalam melepas sang pangeran. Sang Ibu berhenti menjodohkan gadisnya dalam beberapa waktu. Akhirnya, sang gadis merasa bahagia dengan perasaan sendirinya tanpa harus cemas memikirkan apakah orang yang sedang ia pikirkan sedang dipeluk bahagia atau tidak, apakah ia bisa tidur nyenyak atau malah sedang bermimpi buruk, apakah senyum tetap mengembang atau bahkan sedang tertahankan oleh dunia yang kadang iseng ingin mengujinya, dan.. ya sang gadis saat ini hanya tidak harus memikirkan tentang semua itu lagi. Ya, gadis itu merasa dirinya sendiri sedang bahagia. Ia sekarang hanya butuh memikirkan keluarga, sahabat, dan dirinya sendiri, dan terpenting adalah Tuhannya. Dalam kenyamanannya, ibu sang gadis ternyata mulai berpikir lain dan mengira ini adalah saat yang tepat untuk kembali mendatangkan seorang yang lain ke dalam kehidupan gadisnya. Namun sang gadis sama sekali tidak menginginkan hal tersebut. Ia kembali menolak mati-matian keinginan sang ibu. Ibunya pun mati-matian mengusahakan dengan segala cara yang ada. Akhirnya, sang gadis pun sudah lelah dengan pertemuan-pertemuan tidak sengaja yang ternyata sengaja diatur oleh ibunya, ia pun kembali menjelaskan kepada Ibunya bahwa ia ingin menemukan sendiri seorang yang akan ia sukai. Seorang yang ia inginkan untuk menemani hidupnya dalam berpuluh tahun bahkan sampai kematian yang memisahkan. Ia mempunyai luka yang masih basah, dan tidak sembarang orang mampu menyembuhkannya. Ibunya masih tidak mengerti. Atau mungkin mengerti, hanya saja ibunya mempunyai jalan pemikiran yang berbeda dengan anak gadisnya. Persepsi kebahagiaan yang mungkin diartikan dengan berbeda.

Sang gadis mencoba menulis surat, surat yang entah kapan akan sampai ke tangan ibunya, karena ia pun tak mempunyai keberanian dalam mengirimkannya.

Skenario Allah.


Beberapa hari ini rasanya mood saya seperti diaduk-aduk oleh berbagai macam kejadian. Ada yang menyenangkan, namun ada pula yang sedikit.. yah, sedikit membuat  terdiam dan merenung. Ada pula beberapa hal  konyol yang terjadi dalam hidup sehingga membuat saya malu bahkan hanya untuk sekedar mengingat.

Mereka bilang itu namanya “ terlalu polos “ .
Namun saya menyebutnya dengan “ Terlalu polos dan terlalu bego itu beda tipis “ .

Engga, kamu engga bego. Kamu hanya terlalu telmi, mand. “ – Hesti bisa-bisanya bilang begitu. Entah harus senang atau sedih mendengarnya.

Ada masa dimana saya mulai mempermalukan diri sendiri dan menjadi bahan tertawaan orang lain. Orang lain menganggapnya lucu, saya menganggapnya mencemaskan. Saya takut, dan mereka tertawa. Yah, terkadang memang tidak ada salahnya membahagiakan orang lain dengan kebodohan kita. Ingat kata pak Sus, luangkan waktu untuk membahagiakan orang lain. *kemudian mencoba untuk tersenyum*.

Cerita Dongeng dari Negeri Antah Berantah




Diceritakan dalam sebuah kisah tentang seorang gadis biasa yang menyukai pangeran. Namun, ibu dari sang gadis tidak menyetujuinya dikarenakan beberapa alasan. Salah satunya adalah karena adanya ketidakinginan melihat kesedihan putrinya yang bertahan dalam kisah kasih yang diam. Singkat kata, ibunya akhirnya berusaha menjodohkan anak gadisnya tersebut dengan lelaki lainnya. Namun, sang gadis tetap keras kepala. Hingga.. pada suatu saat akhirnya ia pun menyerah. Menyerah bukan karena ia mulai membenci sang pangeran, namun menyerah karena ia tahu pangeran akan lebih bahagia jika hidup dengan perempuan yang lainnya, perempuan yang mungkin lebih pantas untuknya. Sang Ibu pun riang bukan main, namun juga sedih melihat betapa gadisnya bertutur dengan jujur tentang perasaan ikhlas yang ia tujukan dalam melepas sang pangeran. Sang Ibu berhenti menjodohkan gadisnya dalam beberapa waktu. Akhirnya, sang gadis merasa bahagia dengan perasaan sendirinya tanpa harus cemas memikirkan apakah orang yang sedang ia pikirkan sedang dipeluk bahagia atau tidak, apakah ia bisa tidur nyenyak atau malah sedang bermimpi buruk, apakah senyum tetap mengembang atau bahkan sedang tertahankan oleh dunia yang kadang iseng ingin mengujinya, dan.. ya sang gadis saat ini hanya tidak harus memikirkan tentang semua itu lagi. Ya, gadis itu merasa dirinya sendiri sedang bahagia. Ia sekarang hanya butuh memikirkan keluarga, sahabat, dan dirinya sendiri, dan terpenting adalah Tuhannya. Dalam kenyamanannya, ibu sang gadis ternyata mulai berpikir lain dan mengira ini adalah saat yang tepat untuk kembali mendatangkan seorang yang lain ke dalam kehidupan gadisnya. Namun sang gadis sama sekali tidak menginginkan hal tersebut. Ia kembali menolak mati-matian keinginan sang ibu. Ibunya pun mati-matian mengusahakan dengan segala cara yang ada. Akhirnya, sang gadis pun sudah lelah dengan pertemuan-pertemuan tidak sengaja yang ternyata sengaja diatur oleh ibunya, ia pun kembali menjelaskan kepada Ibunya bahwa ia ingin menemukan sendiri seorang yang akan ia sukai. Seorang yang ia inginkan untuk menemani hidupnya dalam berpuluh tahun bahkan sampai kematian yang memisahkan. Ia mempunyai luka yang masih basah, dan tidak sembarang orang mampu menyembuhkannya. Ibunya masih tidak mengerti. Atau mungkin mengerti, hanya saja ibunya mempunyai jalan pemikiran yang berbeda dengan anak gadisnya. Persepsi kebahagiaan yang mungkin diartikan dengan berbeda.

Sang gadis mencoba menulis surat, surat yang entah kapan akan sampai ke tangan ibunya, karena ia pun tak mempunyai keberanian dalam mengirimkannya.