Assalamualaikum
Bismillaah..
Saya
menyesali kebodohan saya untuk penyadaran diri yang terlambat ini.. Ternyata
masih banyak banyak banyak dan sangat banyak orang yang membutuhkan bantuan dan
kepedulian kita. Saya mengutuk kebodohan saya sendiri yang selama ini telah
bersikap tidak peka terhadap masalah disekitar.
Malam ini memberikan
sebuah arti tersendiri bagi hidup saya.. Cerita ini bukan untuk apa-apa, hanya
sekedar share dari pemikiran seorang gadis bodoh yang berusaha keluar dari
ketidakpekaannya.
Jadi dimulai
lah cerita ini dari ketika saya selesai mengajar TPA anak kecil di desa kalidadap.
Entah angin apa,
saya tertarik ikut mba zatta untuk mengajar di TPA gunung merapi tempat si
mbah-mbah korban letusan mengungsi. Waktu mengajar di TPA mbah-mbah adalah
selesai nya dari mengajar TPA anak kecil. Jadi jika TPA anak kecil dimulai dari
jam 4 – maghrib. Maka TPA mbah-mbah dimulai dari maghrib – isya. Tempat TPA
mbah-mbah itu adalah di shelter, yaitu sebuah pengungsian di dekat gunung
merapi yang tidak terlewati oleh modus gembel, kalau ga salah sih (-__-) haha.
Dari awal saya sudah pernah diperingatkan oleh pak sus bahwa jalan menuju
kesana cukup jauh dan berbahaya, dan ternyata….. yah, beberapa kali saya memang
hampir jatuh dan terserempet oleh truk, dan suhu nya pun lumayaaan dingin. Tapi
Alhamdulillah nyawa saya masih bisa terselamatkan hingga sekarang. InsyaAllah
masih disayang sama Allah.
Ketika sampai disana….. satu kata, Subhanallah.
Mesjid shelter
tempat mengajar TPA nya memang masih bagus, tapi rumah ungsian penduduk korban
bencana merapi terlalu…… mengasihankan. Bagaimana mungkin sebuah rumah yang
hanya terbuat dari anyaman rotan bisa melindungi penghuni di dalamnya ?
Bagaimana kalau hujan melanda ? Apalagi sekarang sedang musim hujan. Dan suhu
di gunung pun tidak bisa disamakan dengan dinginnya suhu di kota, jauuuuh
berkali-kali lipat lebih dingin suhu di gunung. Mengerikan, adalah kata pertama
dalam benak saya ketika menyaksikan sendiri rumah ungsian korban merapi.
Kehadiran saya disambut hangat oleh
warga yang berada di mesjid, mereka semua ingin belajar ngaji. Ini si mbah-mbah
loh yang belajar ngaji nya, subhanallah. Bahkan di usia senja pun mereka masih bersemangat
untuk mempelajari kitab Allah. Sungguh saya malu pada diri saya yang malah
masih malas dalam mempelajari lebih dalam kitab-Nya.
Tidak ada
satu keluhan pun yang saya dengarkan keluar dari mulut mereka tentang kondisi ini.
Seberat-beratnya masalah saya, belum pernah seberat masalah yang menimpa mereka
sekarang. Kehilangan rumah dan terpaksa tinggal di hunian yang dindingnya hanya
berasal kan dari rotan. Saya.. malu. Karena terlalu sering mengeluh untuk
masalah yang sebenarnya sangat kecil. Saya pun malu dengan semangat mereka
untuk mendekat kepada Allah SWT, besarnya semangat mereka mungkin mengalahkan
semangat saya yang sangat kecil ini.
Sayangnya beberapa hal yang membuat
saya sedih.. pengajar yang datang hanya lah sedikit. Saat saya tadi disana,
hanya ada mas arief dan mba zatta. Walau terkadang ada mba fanny, ka ojan, ka
fajar, ka arief, ka dimas, dan retno yang juga berhadir. Namun TPA Shelter
membutuhkan lebih kepedulian lagi dari para masyarakat, mereka membutuhkan
lebih banyak pengajar yang mau mengajarkan baca Al Qur’an. Saya kecewa.. pada
diri saya sendiri. Selama setengah tahun saya di Jogja, baru sekarang saya bisa
peduli pada mereka. Saya yang selama ini selalu acuh pada mereka dan menolak
untuk datang ke shelter. Entah bagaimana caranya meminta maaf pada Allah.
Untuk sekarang, saya ingin berjanji
untuk lebih peduli kepada masyarakat di sekitar yang membutuhkan bantuan saya.
Saya ingin berguna selama saya hidup. Mungkin disini lah dakwah saya. Saya
bukan orang yang bisa menasehati orang lain dengan baik seperti para ustadz-ustadz,
namun saya harap disinilah pahala dakwah saya yang berkenan dan diterima oleh
Allah.. walau hanya dengan mengajarkan Al Qur’an pada sebagian kecil orang,
pada mereka yang ingin mempelajari kitab-Nya.
Mari kita
semua mencoba lebih membuka mata dan mengeluarkan kepedulian terhadap orang
disekitar. Bukankah kita seharusnya malu
ketika kita terlalu sibuk mengejar dunia dan melupakan untuk mendekat
kepada-Nya ? Apa yang sudah kau lakukan ? Kau kira semuanya cukup untuk
mengatakan dirimu telah berguna untuk agama Allah ?
Disana dakwahmu.
Lakukan sebanyak mungkin kebaikan untuk bekal akhiratmu nanti. Untuk orangtua,
untuk penyelamat kamu dan keluargamu di hadapan Allah nanti.
Maaf untuk
tulisan yang terkesan menggurui ini. Ini adalah tulisan yang saya tujukan
kepada diri saya sendiri. Untuk
mengingatkan betapa tidak berharga nya saya selama ini untuk agama Allah.
Mari sama-sama
berubah.
Mari ubah diri menjadi lebih berharga, hingga
kelak orangtua maupun semua yang kau sayang bangga karena telah memiliki engkau. Engkau yang lebih peduli pada
sesamanya.
Ingatlah,
ketika kita mencoba berjalan mendekati-Nya, maka Ia akan berlari mendekat ke arah
kita. Maka nikmat Tuhan manakah yang engkau dustakan ?
Tertanda
Yang masih belum terlalu banyak peduli,
Amanda
Noviana
*note: saya tidak tahu bagaimana nanti jika saya harus meninggalkan Jogja. Jogja sudah terlalu banyak memberikan pelajaran dan arti yang mendalam bagi hidup saya.. saya bersyukur bisa memilih Jogja dahulu.. Takdir Tuhan memang selalu indah pada waktunya. Saya merasa sangat disayang oleh-Nya disini.. semoga kalian pun mendapatkan kebahagiaan yang serupa. Aamiin.*
*Terimakasih pula untuk mba zata dan mas arief yang mengajarkan saya banyak hal malam ini tentang arti sebuah kehidupan..*
0 comments:
Post a Comment