Saturday, January 12, 2013

When a Mirror Speaks


Assalamualaikum



Malam tadi semua terasa salah.. Saya benci kamu. Saya benci dengan kamu yang bersikap terlalu jujur hingga melupakan perasaan orang lain. Saya benci dengan kamu yang mulai tidak peka dengan hati orang lain. Saya benci karena kamu terlalu fokus dengan perasaan kamu sendiri dan lupa tentang dunia sekitar. Entah.. perasaan merasa bersalah seperti apa yang kamu rasa sekarang. Entah mana yang benar, mana yang salah, katamu.


Jadilah lebih peka dan tidak terlalu fokus terhadap perasaan diri sendiri lagi. Jadilah seorang yang baik yang bisa menghargai perasaan orang lain. Jangan tutup matamu dan terbuai dengan segala kesenangan semu karena dia yang tak terjangkau adanya. Karma, mungkin itu yang sedang menghadangmu. Cobalah berubah. Sedikit lebih peka dan pengalah atas orang lain. Jaga sikapmu, mand. Jangan berbahagia diatas kesedihan orang lain lagi. Sudah cukup. Berubah. Berjanjilah untuk lebih menjaga control diri sendiri. Adalah normal dipertemukan dengannya yang jarang kau temui dan kemudian berbahagia, namun bukan dengan melupakan sekitar bukan ?

Ketika kamu mulai bersikap jujur dan apa adanya tentang apa yang kamu rasa, mungkin akan ada yang tersakiti. Atau apakah memang lebih baik kamu yang harus diam dan tersakiti dengan menutup perasaan itu rapat-rapat ? Jika memang itu lebih baik, maka kemudian.. cukup lakukan saja bukan ?

Perasaan itu dari awal memang tidak sepatutnya ada, terlalu jauh perbedaan yang ada. Namun melupakan dengan paksa sungguh bukanlah perbuatan yang kamu ingini bukan ? kamu selalu dengan keras kepalanya menginginkan ia menghilang dengan perlahan. Dengan sendirinya, tanpa dipaksa. Namun apakah berhasil ? tidak pernah bukan ? Ini hanyalah masalah waktu sampai keras kepalamu menyerah atas takdir yang memang tidak mungkin terjadi. Sadari keadaan yang ada mand. Lihat realita dan jangan terbuai dengan sesuatu yang kembali semu. Sudah. Cukup.

Renungkan lah lagi. Semoga kamu dapat menjadi lebih peka dan bijaksana kemudian, manda.



Tertanda,
dari aku yang sedang kamu pandang, di dalam cermin.



Bayanganmu.


*note: Alasan kenapa aku disini, karena aku sudah muak melihat sikapmu akhir-akhir ini, mand. Berubahlah. Jangan kekanakan dan egois seperti itu lagi. C u k u p. Kecuali jika kau memang keledai yang sulit untuk diberitahu. Baik. I love you. Aku keras karena aku menyayangi diriku sendiri. *

0 comments:

Post a Comment

When a Mirror Speaks


Assalamualaikum



Malam tadi semua terasa salah.. Saya benci kamu. Saya benci dengan kamu yang bersikap terlalu jujur hingga melupakan perasaan orang lain. Saya benci dengan kamu yang mulai tidak peka dengan hati orang lain. Saya benci karena kamu terlalu fokus dengan perasaan kamu sendiri dan lupa tentang dunia sekitar. Entah.. perasaan merasa bersalah seperti apa yang kamu rasa sekarang. Entah mana yang benar, mana yang salah, katamu.


Jadilah lebih peka dan tidak terlalu fokus terhadap perasaan diri sendiri lagi. Jadilah seorang yang baik yang bisa menghargai perasaan orang lain. Jangan tutup matamu dan terbuai dengan segala kesenangan semu karena dia yang tak terjangkau adanya. Karma, mungkin itu yang sedang menghadangmu. Cobalah berubah. Sedikit lebih peka dan pengalah atas orang lain. Jaga sikapmu, mand. Jangan berbahagia diatas kesedihan orang lain lagi. Sudah cukup. Berubah. Berjanjilah untuk lebih menjaga control diri sendiri. Adalah normal dipertemukan dengannya yang jarang kau temui dan kemudian berbahagia, namun bukan dengan melupakan sekitar bukan ?

Ketika kamu mulai bersikap jujur dan apa adanya tentang apa yang kamu rasa, mungkin akan ada yang tersakiti. Atau apakah memang lebih baik kamu yang harus diam dan tersakiti dengan menutup perasaan itu rapat-rapat ? Jika memang itu lebih baik, maka kemudian.. cukup lakukan saja bukan ?

Perasaan itu dari awal memang tidak sepatutnya ada, terlalu jauh perbedaan yang ada. Namun melupakan dengan paksa sungguh bukanlah perbuatan yang kamu ingini bukan ? kamu selalu dengan keras kepalanya menginginkan ia menghilang dengan perlahan. Dengan sendirinya, tanpa dipaksa. Namun apakah berhasil ? tidak pernah bukan ? Ini hanyalah masalah waktu sampai keras kepalamu menyerah atas takdir yang memang tidak mungkin terjadi. Sadari keadaan yang ada mand. Lihat realita dan jangan terbuai dengan sesuatu yang kembali semu. Sudah. Cukup.

Renungkan lah lagi. Semoga kamu dapat menjadi lebih peka dan bijaksana kemudian, manda.



Tertanda,
dari aku yang sedang kamu pandang, di dalam cermin.



Bayanganmu.


*note: Alasan kenapa aku disini, karena aku sudah muak melihat sikapmu akhir-akhir ini, mand. Berubahlah. Jangan kekanakan dan egois seperti itu lagi. C u k u p. Kecuali jika kau memang keledai yang sulit untuk diberitahu. Baik. I love you. Aku keras karena aku menyayangi diriku sendiri. *

0 comments: