Bismillah..
Saya mendapat puisi ini dari sahabat
saya,
Risma. Dan ketika saya
googling, sumber aslinya dapat
dibaca melalui situs ini
à Blog Duta
Puisi ini sangat indah. Bayangkan, jika yang
menuliskan ini adalah.. jodoh kita. Rasanya.. seperti tidak ingin lagi
mengkhianati dia yang masih belum diperlihatkan oleh Allah. Maka, mari kita
sama-sama berusaha untuk setia kepada jodoh yang telah ditakdirkan Tuhan.
Karena sejatinya, Cinta yang benar adalah cinta yang telah diizinkan oleh Allah. Cinta yang
benar halal dan cinta yang benar dipergunakan sebagai wadah untuk mendekat
kepada-Nya. Semoga kita semua sama-sama berhasil untuk berada dalam kesetiaan sampai
yang halal benar-benar.. diberikan oleh Allah.
Selamat membaca!
Cantik.. izinkan aku
menunduk..
Cukup sekilas ku lihat
wajah indahmu jelmaan bidadari surga..
Karena jika lebih lama
ku nikmati pesonamu, itu akan membuatku menjadi pendosa.
Dan ku salutkan
kesempurnaanNYA dalam mencipta,
Cantik.. relakan aku
berpaling
Bukan karena aku tak
sudi untuk lebih lama mengagumi ke elokan parasmu
Yang berbalut jilbab
suci
Karena semuanya akan
berbeda jika mata ini menangkap keAnggunanmu
Lalu wajah tentrammu
akan hadir dalam pejaman mata lelapku
Mengingatmu dan mulai
merasakan fibrasi jantung yang membuatku menjadi pria paling bahagia didunia..
Aku tak ingin
mencintaimu hanya karena tubuh dari tanah kotor dan mani jijik itu
Aku tak mau menempatkan
ruang hatiku hanya untuk jasad fana milikmu
Kau sangat cantik..
subhanalloh..
Gersangnya sahara
membeku oleh tutur katamu
Dinginnya kutub membara
karena mengagumimu..
Cantik.. biarlah aku
menunduk..
Jika kau anggap ini
sikap tak bijak saat berbicara menghadapimu
Maka maafkan aku..
Namun inilah sikap yang
seharusnya ditunjukan oleh lelaki diseluruh dunia..
Bukannya tak hormat
wahai keindahan..
Mengertilah, bahwa mata
ini akan diminta pertanggung jawaban atas apa yg dilihatnya
Bukan… bukan.. kau bukan
kesalahan..
Kau melebihi eloknya
senja sore.. kau melampaui embun pagi yang menetesi rerumputan
Karena keindahanmu tak
terbanding kata dan karena keanggunanmu tak tereja bahasa