Tuesday, November 26, 2013

May I get aamiin ?

Bismillahirrahmannirrahiim


Lalu seseorang datang begitu saja, tanpa mengetahui bahwa ada yang masih belum dapat menghilang. Dan aku memutuskan untuk menutup rapat-rapat semua jalan untuk masuk. Karena aku takut ruangan ini tidak cukup besar untuk memuat ia jika masih ada yang lain. Biarkan aku seperti ini, karena inilah jalan yang telah aku pilih sebagai persinggahan, disaat ini. Suatu saat, aku akan kembali melanjutkan perjalananku. Mungkin besok, besoknya, atau entah kapan pun itu.

………………………………………………….

Oke. Paragraf diatas tidak akan ada hubungannya dengan paragraph selanjutnya yang akan anda baca, karena saya ingin menuliskan tentang kehidupan les saya sekarang. Huehe. Maap. Hentikan sejenak tentang kisah kasih asmara yang tak kunjung selesai, dan mari kita bicarakan tentang masalah yang lebih urgent lagi (?) . Kehidupan les saya masih sama seperti biasanya, tetap memusingkan namun menyenangkan. Beberapa hal mengejutkan adalah bahwa saya sudah mulai berani bolos, terhitung bolos yang saya lakukan sudah mencapai 4 hari, tapi tidak berturut-turut. Bayangkan, bagaimana mungkin seorang yang masih belum pandai bisa berani-beraninya mengambil resiko untuk ketinggalan pelajaran di kelas. Tentu usaha yang saya kerahkan pun menjadi 2x lipat untuk mengejar ketinggalan itu. Dan saya, menikmati tantangan ini.

Saya pun telah memutuskan bahwa saya ingin menyapa Jerman selama dua minggu (atau mungkin lebih) di bulan Agustus 2015 nanti, untuk refreshing dan tambahan pengalaman. Bertemu dengan komunitas muslim disana dan membantu segala yang mereka butuhkan, dalam hal jasa tentu saja. Saya ingin berbagi pengalaman, rasa, dan pelajaran bersama mereka. Bukankah akan menyenangkan sekali jika kau dapat bertemu dan saling bantu membantu untuk sesama  muslim yang berada di Negara lain, seperti Jerman misalnya ? Tidak khusus hanya muslim dari Indonesia saya rasa, tapi mereka yang juga berasal dari Negara-negara lain diluar sana, yang saat itu sedang berada di Jerman.

 Oleh karena itu..  disaat ini saya harus benar-benar berusaha keras dalam hal  menguasai bahasa Jerman itu sendiri. Untuk apa ? Untuk dapat menulis essai  dan memenangkan beasiswa summercourse disana, hingga dapat ikut berkontribusi dalam membantu umat Islam yang ketika itu sedang berada di Jerman. Hal ini yang membuat saya untuk tetap dan harus lebih berusaha keras saat belajar di tempat les yang sekarang ini. Terdengar klise banget ya ? Tapi begitulah. Dan kenapa bukan s2 ? Karena saya menyadari bahwa keimanan saya masih belum cukup kuat untuk berada di luar dalam waktu yang bertahun-tahun. Dan kata mama, jangan terlalu mengejar ilmu dunia sampai sejauh itu, apalagi jika harus meninggalkan keluarga dan menjauhi agama. Selain itu, yang paling mama tekankan sebenarnya adalah.. kalau s2 disini kan masih bisa sambil nikah, kalau disana nanti susah (.___.) .............

Saya pun sedang berusaha untuk mengubah mindset yang saya punya saat dahulu. Hal ini dilatarbelakangi oleh pertanyaan mama sehingga membuat saya membathin cukup lama ketika itu. Mama mengatakan, “ Kenapa harus ilmu dunia sih yang begitu ambisius dikejar ? Kenapa gak ke Turki atau Arab aja biar ilmu agamanya juga dapat ? “ . Karena itu akhirnya.. saya menyadari, bahwa jika suatu tujuan tidak didasarkan untuk Allah, maka tujuan itu benar-benar sangat lah merugi. Dan saya tidak ingin menjadi orang yang merugi. 

 Ingin tujuannya di ridhoi oleh Allah ? Maka jangan pernah lupakan Allah untuk setiap tujuan dan cita-cita  yang ingin dicapai.

Maka.. Ya Allah Yang Maha Pendengar Doa hambaNya, dengarkan lah doa ini.. yang meminta keridhoanMu untuk menjadikan dirinya bisa berguna bagi komunitas Muslim disana. Mungkin bisa dengan ilmu psikologi yang saya pelajari, atau bahkan dengan kemampuan lain yang pada awalnya saya anggap kecil. Atau mungkin saya yang akan belajar banyak hal dari mereka dan kemudian menceritakannya  kepada semua orang agar dapat diambil pelajaran ketika pulang ke Indonesia.

Untuk itu..

May I get aamiin ?

 
*p.s. :

“ Saudariku, bermimpilah yang hebat, jangan mau mimpi yang biasa-biasa. Karena kuasa Tuhan kita luar biasa. Jangan punya mimpi yang rendah, karena itu berarti keyakinan kita pada kuasa Tuhan juga rendah. “ –

Ahmad Rifa’I Rif’an

0 comments:

Post a Comment

May I get aamiin ?

Bismillahirrahmannirrahiim


Lalu seseorang datang begitu saja, tanpa mengetahui bahwa ada yang masih belum dapat menghilang. Dan aku memutuskan untuk menutup rapat-rapat semua jalan untuk masuk. Karena aku takut ruangan ini tidak cukup besar untuk memuat ia jika masih ada yang lain. Biarkan aku seperti ini, karena inilah jalan yang telah aku pilih sebagai persinggahan, disaat ini. Suatu saat, aku akan kembali melanjutkan perjalananku. Mungkin besok, besoknya, atau entah kapan pun itu.

………………………………………………….

Oke. Paragraf diatas tidak akan ada hubungannya dengan paragraph selanjutnya yang akan anda baca, karena saya ingin menuliskan tentang kehidupan les saya sekarang. Huehe. Maap. Hentikan sejenak tentang kisah kasih asmara yang tak kunjung selesai, dan mari kita bicarakan tentang masalah yang lebih urgent lagi (?) . Kehidupan les saya masih sama seperti biasanya, tetap memusingkan namun menyenangkan. Beberapa hal mengejutkan adalah bahwa saya sudah mulai berani bolos, terhitung bolos yang saya lakukan sudah mencapai 4 hari, tapi tidak berturut-turut. Bayangkan, bagaimana mungkin seorang yang masih belum pandai bisa berani-beraninya mengambil resiko untuk ketinggalan pelajaran di kelas. Tentu usaha yang saya kerahkan pun menjadi 2x lipat untuk mengejar ketinggalan itu. Dan saya, menikmati tantangan ini.

Saya pun telah memutuskan bahwa saya ingin menyapa Jerman selama dua minggu (atau mungkin lebih) di bulan Agustus 2015 nanti, untuk refreshing dan tambahan pengalaman. Bertemu dengan komunitas muslim disana dan membantu segala yang mereka butuhkan, dalam hal jasa tentu saja. Saya ingin berbagi pengalaman, rasa, dan pelajaran bersama mereka. Bukankah akan menyenangkan sekali jika kau dapat bertemu dan saling bantu membantu untuk sesama  muslim yang berada di Negara lain, seperti Jerman misalnya ? Tidak khusus hanya muslim dari Indonesia saya rasa, tapi mereka yang juga berasal dari Negara-negara lain diluar sana, yang saat itu sedang berada di Jerman.

 Oleh karena itu..  disaat ini saya harus benar-benar berusaha keras dalam hal  menguasai bahasa Jerman itu sendiri. Untuk apa ? Untuk dapat menulis essai  dan memenangkan beasiswa summercourse disana, hingga dapat ikut berkontribusi dalam membantu umat Islam yang ketika itu sedang berada di Jerman. Hal ini yang membuat saya untuk tetap dan harus lebih berusaha keras saat belajar di tempat les yang sekarang ini. Terdengar klise banget ya ? Tapi begitulah. Dan kenapa bukan s2 ? Karena saya menyadari bahwa keimanan saya masih belum cukup kuat untuk berada di luar dalam waktu yang bertahun-tahun. Dan kata mama, jangan terlalu mengejar ilmu dunia sampai sejauh itu, apalagi jika harus meninggalkan keluarga dan menjauhi agama. Selain itu, yang paling mama tekankan sebenarnya adalah.. kalau s2 disini kan masih bisa sambil nikah, kalau disana nanti susah (.___.) .............

Saya pun sedang berusaha untuk mengubah mindset yang saya punya saat dahulu. Hal ini dilatarbelakangi oleh pertanyaan mama sehingga membuat saya membathin cukup lama ketika itu. Mama mengatakan, “ Kenapa harus ilmu dunia sih yang begitu ambisius dikejar ? Kenapa gak ke Turki atau Arab aja biar ilmu agamanya juga dapat ? “ . Karena itu akhirnya.. saya menyadari, bahwa jika suatu tujuan tidak didasarkan untuk Allah, maka tujuan itu benar-benar sangat lah merugi. Dan saya tidak ingin menjadi orang yang merugi. 

 Ingin tujuannya di ridhoi oleh Allah ? Maka jangan pernah lupakan Allah untuk setiap tujuan dan cita-cita  yang ingin dicapai.

Maka.. Ya Allah Yang Maha Pendengar Doa hambaNya, dengarkan lah doa ini.. yang meminta keridhoanMu untuk menjadikan dirinya bisa berguna bagi komunitas Muslim disana. Mungkin bisa dengan ilmu psikologi yang saya pelajari, atau bahkan dengan kemampuan lain yang pada awalnya saya anggap kecil. Atau mungkin saya yang akan belajar banyak hal dari mereka dan kemudian menceritakannya  kepada semua orang agar dapat diambil pelajaran ketika pulang ke Indonesia.

Untuk itu..

May I get aamiin ?

 
*p.s. :

“ Saudariku, bermimpilah yang hebat, jangan mau mimpi yang biasa-biasa. Karena kuasa Tuhan kita luar biasa. Jangan punya mimpi yang rendah, karena itu berarti keyakinan kita pada kuasa Tuhan juga rendah. “ –

Ahmad Rifa’I Rif’an

0 comments: