Thursday, November 28, 2013

Rumah Singgah


Bismillahirrahmannirrahiim


“ Kenapa sih Manda harus les di tempat yang Manda takuti setiap ingin melangkahkan kaki kesana ? Kenapa setiap mau les, Manda selalu minta doakan mama ? Seberapa menakutkan kah ? Tapi kenapa Manda masih tetap ingin kesana ? “ –
Mungkin seperti ini perkataan mama jika di translate ke bahasa Indonesia.

…………………………………………..

Hari ini saya merasa sukses, karena berhasil menguasai suatu materi di les walaupun gak ada mbak Indry maupun Dimas yang selalu duduk di dekat saya. Curang, mereka berdua tiba-tiba serempak untuk tidak masuk les. Walaupun sebenarnya dengan si Dimas belum bisa dibilang akrab juga sih. Hanya karena dia yang selalu menjadi partner tempat duduk disebelah kanan saya, otomatis ia selalu menjadi tempat pembuangan pertanyaan saya ketika mbak Indry juga tidak mengerti dengan materi. Sebenarnya juga ada Riska, tapi Riska selalu duduk ditempat yang jauh sehingga sulit untuk bertanya kepadanya.

Biasanya, ketika mba Indry gak masuk les, saya juga memutuskan untuk gak masuk les. Pernah saya memiliki pengalaman gak menyenangkan sebelumnya  ketika mba Indry dan Riska sama-sama gak masuk les, dan saya pun sendirian di malam itu. Lalu Herr Uki meminta setiap anak berpasangan untuk membuat sebuah drama dalam bahasa Jerman, maka mati lah saya, karena saya takut jika harus berpasangan dengan laki-laki.

“ Ya, manda dengan wawan ya “ – ucap Herr Uki sambil menunjuk pria yang duduk disebelah saya.

Saya melihat ke arah Wawan. Kelihatannya sih baik, dan ternyata……………… memang baik. Hanya saja ia menyebalkan, sangat. Kebanyakan teman-teman disana berbicara dengan sangat ramah kepada saya, tapi dia berbeda, dia berbicara dengan nada yang benar-benar…………. nyolot. Akhirnya ketika kami tampil membawakan drama, kami malah saling nyolot satu sama lain dan  jadi bahan tertawaan di depan kelas.  Tapi, kenapa saya mengatakan dia baik ? Karena dia mau menurunkan grade dia ( yang wuuuh udah tinggi banget ) untuk saya yang masih belum lancar dalam bahasa Jerman, sehingga dialog-dialog yang kami buat hanyalah kalimat-kalimat sederhana saja. Si Wawan itu hanya gaya bicaranya saja yang nyebelin, tapi setiap perkataan nya tidak pernah bermaksud menyakiti hati orang lain. Dia hanya suka bercanda, tapi dengan nada bicara sok cool dan nyolot. Gara-gara pengalaman itu lah, saya benar-benar merasa takut jika harus masuk les tanpa mba Indry. Karena jika ada mba Indry, kami selalu dipasangkan berdua. Bukan sama si orang nyolot tadi. Ya Allah, maafkan aim Ya Allah.

Dan… malam ini mba Indry lagi-lagi gak masuk, lengkap dengan Dimas. Paket komplit. Mereka tega sekali meninggalkan saya sendirian di kelas. Seperti biasa pula, Riska pun duduk jauh di seberang sana. Tapi keajaiban terjadi, tiba-tiba saya menjadi  mudah dalam menangkap pelajaran tanpa harus bertanya sana-sini. Ketika disuruh mengerjakan soal-soal pun saya dapat mengerjakannya dengan benar. Bahkan walau tidak ada mereka, saya tetap merasa nyaman di kelas. Mungkin ini yang dinamakan keterbiasaan. Saya mulai suka berada di kelas. Karena beberapa hari ini saya selalu tertawa dan bahagia jika berada di tempat les. Sesulit apapun materi yang dijelaskan, tidak pernah bisa menghilangkan tawa yang tertera di wajah saya. Mulai dari Herr Uki (pengajar) yang pandai melawak di depan kelas, sampai dengan teman-teman yang selalu bertindak konyol dan blak-blak an.

            Kelas sudah benar-benar seperti keluarga. Kelas ini berbeda keakrabannya dengan kelas lain tempat saya pernah les, seperti saat di LIA misalnya. Kekeluargaan disini lebih erat, dan satu sama lain benar-benar saling peduli. Mungkin karena kelas dominan diisi dengan kaum cowok, sedangkan di Lia kemarin dominan dengan kaum hawa. Saya bukan penganut psikologi sosial sih ( interest saya lebih ke psikologi perkembangan) , tapi sepertinya memang saya pernah mendengar sebuah teori  sosial yang menyatakan bahwa persahabatan diantara cowok-cowok yang belum saling mengenal itu lebih mudah terbentuk dengan erat dibanding cewek-cewek.

Sebenarnya saya memang takut sih untuk berangkat les karena banyaknya cowok yang ada di dalam kelas, tapi pada akhirnya saya benar-benar merasa nyaman ketika telah berada di sana. Mungkin karena mereka sangat menyenangkan, humoris, dan baik. Walau begitu, tetap saja saya tidak mudah akrab dengan mereka, dan selalu berlindung dibalik mba Indry.. Tapi, saya benar-benar menganggap mereka seperti keluarga. Ditambah, hari minggu ini kami bakal ditraktir sama mas Bagus untuk dinner makanan Europe di rumahnya. Yeeeeay. Makan-makan. Tapi sedihnya, itu pun sekaligus sebagai acara perpisahan kami atas sisa pertemuan les yang hanya tinggal 6 pertemuan, 2 minggu lagi lebih tepatnya. Setelah terbiasa saling berkumpul dan bertatap muka 3x dalam seminggu, tiba-tiba saja nanti akan terpisah dan sibuk dengan urusan masing-masing lagi. Sedih sekali  rasanya. Saya tidak menyangka, bahwa saya bisa merasakan rasa yang sesedih ini ketika membayangkan akan adanya perpisahan dengan mereka, para orang-orang konyol itu. Tempat penghiburan saya untuk selalu tertawa ketika sedang dilelahkan oleh aktivitas seharian. Tempat saya kembali tersenyum ketika sedang merasa sedih atas kejadian-kejadian seharian.

Lagi. Saya menemukan sebuah rumah singgah yang membuat saya selalu ingin memasukinya. Dan saya tidak pernah menyangka, bahwa tempat les saya sekarang lah jawabannya. Sesulit apapun materi yang saya dapatkan, disana selalu menjadi tempat untuk membagi tawa dan senyum-senyum kecil. Kelas Augsburg.

Mungkin memang benar apa yang dikatakan orang, ketika apa yang selalu kau khawatirkan mulai menghilang maka disaat itulah kau akan mulai merindukannya.

Terimakasih.. Mbak Indry, mbak Erni, Riska, Dimas, mas Bagus, Edo, Ido, Bobi, Bimo, wawan, mas Irvand, mas Fachmi, dan Hari. Dan tentu Herr Uki, pengajar paling baiiiik, paling sabaar, paling ramah, paling humoris, dan paling saya hormati. Pengajar terbaik pokoknya.

Fyuh.

Ini, benar-benar menyebalkan.
Mereka mendapatkan hati saya.


*p.s :
" Manda jangan pernah takut. Karena kemanapun Manda memutuskan untuk melangkah, mama mendoakan agar Manda selalu dikelilingi oleh orang-orang yang baik " -
Mama.


0 comments:

Post a Comment

Rumah Singgah


Bismillahirrahmannirrahiim


“ Kenapa sih Manda harus les di tempat yang Manda takuti setiap ingin melangkahkan kaki kesana ? Kenapa setiap mau les, Manda selalu minta doakan mama ? Seberapa menakutkan kah ? Tapi kenapa Manda masih tetap ingin kesana ? “ –
Mungkin seperti ini perkataan mama jika di translate ke bahasa Indonesia.

…………………………………………..

Hari ini saya merasa sukses, karena berhasil menguasai suatu materi di les walaupun gak ada mbak Indry maupun Dimas yang selalu duduk di dekat saya. Curang, mereka berdua tiba-tiba serempak untuk tidak masuk les. Walaupun sebenarnya dengan si Dimas belum bisa dibilang akrab juga sih. Hanya karena dia yang selalu menjadi partner tempat duduk disebelah kanan saya, otomatis ia selalu menjadi tempat pembuangan pertanyaan saya ketika mbak Indry juga tidak mengerti dengan materi. Sebenarnya juga ada Riska, tapi Riska selalu duduk ditempat yang jauh sehingga sulit untuk bertanya kepadanya.

Biasanya, ketika mba Indry gak masuk les, saya juga memutuskan untuk gak masuk les. Pernah saya memiliki pengalaman gak menyenangkan sebelumnya  ketika mba Indry dan Riska sama-sama gak masuk les, dan saya pun sendirian di malam itu. Lalu Herr Uki meminta setiap anak berpasangan untuk membuat sebuah drama dalam bahasa Jerman, maka mati lah saya, karena saya takut jika harus berpasangan dengan laki-laki.

“ Ya, manda dengan wawan ya “ – ucap Herr Uki sambil menunjuk pria yang duduk disebelah saya.

Saya melihat ke arah Wawan. Kelihatannya sih baik, dan ternyata……………… memang baik. Hanya saja ia menyebalkan, sangat. Kebanyakan teman-teman disana berbicara dengan sangat ramah kepada saya, tapi dia berbeda, dia berbicara dengan nada yang benar-benar…………. nyolot. Akhirnya ketika kami tampil membawakan drama, kami malah saling nyolot satu sama lain dan  jadi bahan tertawaan di depan kelas.  Tapi, kenapa saya mengatakan dia baik ? Karena dia mau menurunkan grade dia ( yang wuuuh udah tinggi banget ) untuk saya yang masih belum lancar dalam bahasa Jerman, sehingga dialog-dialog yang kami buat hanyalah kalimat-kalimat sederhana saja. Si Wawan itu hanya gaya bicaranya saja yang nyebelin, tapi setiap perkataan nya tidak pernah bermaksud menyakiti hati orang lain. Dia hanya suka bercanda, tapi dengan nada bicara sok cool dan nyolot. Gara-gara pengalaman itu lah, saya benar-benar merasa takut jika harus masuk les tanpa mba Indry. Karena jika ada mba Indry, kami selalu dipasangkan berdua. Bukan sama si orang nyolot tadi. Ya Allah, maafkan aim Ya Allah.

Dan… malam ini mba Indry lagi-lagi gak masuk, lengkap dengan Dimas. Paket komplit. Mereka tega sekali meninggalkan saya sendirian di kelas. Seperti biasa pula, Riska pun duduk jauh di seberang sana. Tapi keajaiban terjadi, tiba-tiba saya menjadi  mudah dalam menangkap pelajaran tanpa harus bertanya sana-sini. Ketika disuruh mengerjakan soal-soal pun saya dapat mengerjakannya dengan benar. Bahkan walau tidak ada mereka, saya tetap merasa nyaman di kelas. Mungkin ini yang dinamakan keterbiasaan. Saya mulai suka berada di kelas. Karena beberapa hari ini saya selalu tertawa dan bahagia jika berada di tempat les. Sesulit apapun materi yang dijelaskan, tidak pernah bisa menghilangkan tawa yang tertera di wajah saya. Mulai dari Herr Uki (pengajar) yang pandai melawak di depan kelas, sampai dengan teman-teman yang selalu bertindak konyol dan blak-blak an.

            Kelas sudah benar-benar seperti keluarga. Kelas ini berbeda keakrabannya dengan kelas lain tempat saya pernah les, seperti saat di LIA misalnya. Kekeluargaan disini lebih erat, dan satu sama lain benar-benar saling peduli. Mungkin karena kelas dominan diisi dengan kaum cowok, sedangkan di Lia kemarin dominan dengan kaum hawa. Saya bukan penganut psikologi sosial sih ( interest saya lebih ke psikologi perkembangan) , tapi sepertinya memang saya pernah mendengar sebuah teori  sosial yang menyatakan bahwa persahabatan diantara cowok-cowok yang belum saling mengenal itu lebih mudah terbentuk dengan erat dibanding cewek-cewek.

Sebenarnya saya memang takut sih untuk berangkat les karena banyaknya cowok yang ada di dalam kelas, tapi pada akhirnya saya benar-benar merasa nyaman ketika telah berada di sana. Mungkin karena mereka sangat menyenangkan, humoris, dan baik. Walau begitu, tetap saja saya tidak mudah akrab dengan mereka, dan selalu berlindung dibalik mba Indry.. Tapi, saya benar-benar menganggap mereka seperti keluarga. Ditambah, hari minggu ini kami bakal ditraktir sama mas Bagus untuk dinner makanan Europe di rumahnya. Yeeeeay. Makan-makan. Tapi sedihnya, itu pun sekaligus sebagai acara perpisahan kami atas sisa pertemuan les yang hanya tinggal 6 pertemuan, 2 minggu lagi lebih tepatnya. Setelah terbiasa saling berkumpul dan bertatap muka 3x dalam seminggu, tiba-tiba saja nanti akan terpisah dan sibuk dengan urusan masing-masing lagi. Sedih sekali  rasanya. Saya tidak menyangka, bahwa saya bisa merasakan rasa yang sesedih ini ketika membayangkan akan adanya perpisahan dengan mereka, para orang-orang konyol itu. Tempat penghiburan saya untuk selalu tertawa ketika sedang dilelahkan oleh aktivitas seharian. Tempat saya kembali tersenyum ketika sedang merasa sedih atas kejadian-kejadian seharian.

Lagi. Saya menemukan sebuah rumah singgah yang membuat saya selalu ingin memasukinya. Dan saya tidak pernah menyangka, bahwa tempat les saya sekarang lah jawabannya. Sesulit apapun materi yang saya dapatkan, disana selalu menjadi tempat untuk membagi tawa dan senyum-senyum kecil. Kelas Augsburg.

Mungkin memang benar apa yang dikatakan orang, ketika apa yang selalu kau khawatirkan mulai menghilang maka disaat itulah kau akan mulai merindukannya.

Terimakasih.. Mbak Indry, mbak Erni, Riska, Dimas, mas Bagus, Edo, Ido, Bobi, Bimo, wawan, mas Irvand, mas Fachmi, dan Hari. Dan tentu Herr Uki, pengajar paling baiiiik, paling sabaar, paling ramah, paling humoris, dan paling saya hormati. Pengajar terbaik pokoknya.

Fyuh.

Ini, benar-benar menyebalkan.
Mereka mendapatkan hati saya.


*p.s :
" Manda jangan pernah takut. Karena kemanapun Manda memutuskan untuk melangkah, mama mendoakan agar Manda selalu dikelilingi oleh orang-orang yang baik " -
Mama.


0 comments: