Sunday, March 23, 2014

Cerita Dongeng dari Negeri Antah Berantah




Diceritakan dalam sebuah kisah tentang seorang gadis biasa yang menyukai pangeran. Namun, ibu dari sang gadis tidak menyetujuinya dikarenakan beberapa alasan. Salah satunya adalah karena adanya ketidakinginan melihat kesedihan putrinya yang bertahan dalam kisah kasih yang diam. Singkat kata, ibunya akhirnya berusaha menjodohkan anak gadisnya tersebut dengan lelaki lainnya. Namun, sang gadis tetap keras kepala. Hingga.. pada suatu saat akhirnya ia pun menyerah. Menyerah bukan karena ia mulai membenci sang pangeran, namun menyerah karena ia tahu pangeran akan lebih bahagia jika hidup dengan perempuan yang lainnya, perempuan yang mungkin lebih pantas untuknya. Sang Ibu pun riang bukan main, namun juga sedih melihat betapa gadisnya bertutur dengan jujur tentang perasaan ikhlas yang ia tujukan dalam melepas sang pangeran. Sang Ibu berhenti menjodohkan gadisnya dalam beberapa waktu. Akhirnya, sang gadis merasa bahagia dengan perasaan sendirinya tanpa harus cemas memikirkan apakah orang yang sedang ia pikirkan sedang dipeluk bahagia atau tidak, apakah ia bisa tidur nyenyak atau malah sedang bermimpi buruk, apakah senyum tetap mengembang atau bahkan sedang tertahankan oleh dunia yang kadang iseng ingin mengujinya, dan.. ya sang gadis saat ini hanya tidak harus memikirkan tentang semua itu lagi. Ya, gadis itu merasa dirinya sendiri sedang bahagia. Ia sekarang hanya butuh memikirkan keluarga, sahabat, dan dirinya sendiri, dan terpenting adalah Tuhannya. Dalam kenyamanannya, ibu sang gadis ternyata mulai berpikir lain dan mengira ini adalah saat yang tepat untuk kembali mendatangkan seorang yang lain ke dalam kehidupan gadisnya. Namun sang gadis sama sekali tidak menginginkan hal tersebut. Ia kembali menolak mati-matian keinginan sang ibu. Ibunya pun mati-matian mengusahakan dengan segala cara yang ada. Akhirnya, sang gadis pun sudah lelah dengan pertemuan-pertemuan tidak sengaja yang ternyata sengaja diatur oleh ibunya, ia pun kembali menjelaskan kepada Ibunya bahwa ia ingin menemukan sendiri seorang yang akan ia sukai. Seorang yang ia inginkan untuk menemani hidupnya dalam berpuluh tahun bahkan sampai kematian yang memisahkan. Ia mempunyai luka yang masih basah, dan tidak sembarang orang mampu menyembuhkannya. Ibunya masih tidak mengerti. Atau mungkin mengerti, hanya saja ibunya mempunyai jalan pemikiran yang berbeda dengan anak gadisnya. Persepsi kebahagiaan yang mungkin diartikan dengan berbeda.

Sang gadis mencoba menulis surat, surat yang entah kapan akan sampai ke tangan ibunya, karena ia pun tak mempunyai keberanian dalam mengirimkannya.

Ibu, aku mengerti bahwa ibu lah yang paling mengerti tentang kebahagiaanku. Baik dan buruknya, tentu saja, Ibu selalu tahu apa yang dapat membuatku bahagia. Tapi.. terkadang aku hanya memiliki pikiran yang tidak sejalan denganmu dalam meraih kebahagiaan itu. Aku hanya mempunyai caraku sendiri, bu. Aku selalu bercerita tentang siapapun yang aku suka. Ibu selalu tahu segalanya. Ibu selalu menjadi pertama yang aku tuju dalam bercerita tentangnya atau tentang apapun. Dan aku selalu berharap bahwa Ibu akan menguatkan disetiap pilihan yang telah aku ambil. Namun, Ibu terkadang mengabaikan aku yang bercerita tentang seorang yang aku suka jika ia berbeda dengan kita, dan kemudian ibu akan mulai membicarakan tentang ia yang sama dengan kita. Bu, aku selalu berharap bahwa aku adalah seorang yang bisa dengan mudah suka dengan seseorang yang diceritakan oleh orang lain seperti itu. Tapi pada kenyataannya aku menyadari, caraku menyukai seseorang bukan lah dengan paksaan seperti itu. Caraku menyukainya adalah dengan mengenalnya dan menganggapnya hanyalah seorang teman biasa yang super biasa, kemudian tanpa sadar entah dimulai sejak kapan aku akan menyadari bahwa aku ternyata telah menyukainya. Namun, jika Ibu sudah memaksakan agar perasaanku tumbuh pada orang yang ibu bawakan, maka aku hanya bisa tersenyum padamu dan berkata bahwa aku sama sekali belum bisa seperti itu. Aku harap suatu saat aku mampu melakukan seperti yang ibu minta. Ya, aku harap. Namun bukan sekarang, aku masih nyaman bu. Karena luka itu masih basah, dan aku takut jika harus merasakan hal yang sama lagi. Namun, jika ternyata pada suatu saat aku kembali menyukai seseorang yang berbeda, apakah ibu akan tetap melakukan hal yang sama seperti dahulu ? Bu, hal yang paling menyedihkanku adalah ketika aku tidak mampu menuruti keinginan Ibu, tapi bu.. perasaan ini pun nantinya hanya akan memilih jalannya sendiri tanpa aku kehendaki, dan mungkin tanpa kau kehendaki. Tuhan yang mengaturnya bu. Bila pada akhirnya pilihan Ibu adalah yang terbaik, hatiku pasti akan jatuh padanya. Namun jika tidak, tidak bisakah kita berdamai dan mengakhiri semua perbedaan persepsi ini ?

Ibu, aku benar-benar sayang pada Ibu. Dan aku tahu ibu pun juga sungguh sangat menyayangiku. Kita, 
terkadang hanya mempunyai jalan pikiran yang berbeda.

" Cerita Dongeng dari Negeri Antah Berantah "

         

0 comments:

Post a Comment

Cerita Dongeng dari Negeri Antah Berantah




Diceritakan dalam sebuah kisah tentang seorang gadis biasa yang menyukai pangeran. Namun, ibu dari sang gadis tidak menyetujuinya dikarenakan beberapa alasan. Salah satunya adalah karena adanya ketidakinginan melihat kesedihan putrinya yang bertahan dalam kisah kasih yang diam. Singkat kata, ibunya akhirnya berusaha menjodohkan anak gadisnya tersebut dengan lelaki lainnya. Namun, sang gadis tetap keras kepala. Hingga.. pada suatu saat akhirnya ia pun menyerah. Menyerah bukan karena ia mulai membenci sang pangeran, namun menyerah karena ia tahu pangeran akan lebih bahagia jika hidup dengan perempuan yang lainnya, perempuan yang mungkin lebih pantas untuknya. Sang Ibu pun riang bukan main, namun juga sedih melihat betapa gadisnya bertutur dengan jujur tentang perasaan ikhlas yang ia tujukan dalam melepas sang pangeran. Sang Ibu berhenti menjodohkan gadisnya dalam beberapa waktu. Akhirnya, sang gadis merasa bahagia dengan perasaan sendirinya tanpa harus cemas memikirkan apakah orang yang sedang ia pikirkan sedang dipeluk bahagia atau tidak, apakah ia bisa tidur nyenyak atau malah sedang bermimpi buruk, apakah senyum tetap mengembang atau bahkan sedang tertahankan oleh dunia yang kadang iseng ingin mengujinya, dan.. ya sang gadis saat ini hanya tidak harus memikirkan tentang semua itu lagi. Ya, gadis itu merasa dirinya sendiri sedang bahagia. Ia sekarang hanya butuh memikirkan keluarga, sahabat, dan dirinya sendiri, dan terpenting adalah Tuhannya. Dalam kenyamanannya, ibu sang gadis ternyata mulai berpikir lain dan mengira ini adalah saat yang tepat untuk kembali mendatangkan seorang yang lain ke dalam kehidupan gadisnya. Namun sang gadis sama sekali tidak menginginkan hal tersebut. Ia kembali menolak mati-matian keinginan sang ibu. Ibunya pun mati-matian mengusahakan dengan segala cara yang ada. Akhirnya, sang gadis pun sudah lelah dengan pertemuan-pertemuan tidak sengaja yang ternyata sengaja diatur oleh ibunya, ia pun kembali menjelaskan kepada Ibunya bahwa ia ingin menemukan sendiri seorang yang akan ia sukai. Seorang yang ia inginkan untuk menemani hidupnya dalam berpuluh tahun bahkan sampai kematian yang memisahkan. Ia mempunyai luka yang masih basah, dan tidak sembarang orang mampu menyembuhkannya. Ibunya masih tidak mengerti. Atau mungkin mengerti, hanya saja ibunya mempunyai jalan pemikiran yang berbeda dengan anak gadisnya. Persepsi kebahagiaan yang mungkin diartikan dengan berbeda.

Sang gadis mencoba menulis surat, surat yang entah kapan akan sampai ke tangan ibunya, karena ia pun tak mempunyai keberanian dalam mengirimkannya.

Ibu, aku mengerti bahwa ibu lah yang paling mengerti tentang kebahagiaanku. Baik dan buruknya, tentu saja, Ibu selalu tahu apa yang dapat membuatku bahagia. Tapi.. terkadang aku hanya memiliki pikiran yang tidak sejalan denganmu dalam meraih kebahagiaan itu. Aku hanya mempunyai caraku sendiri, bu. Aku selalu bercerita tentang siapapun yang aku suka. Ibu selalu tahu segalanya. Ibu selalu menjadi pertama yang aku tuju dalam bercerita tentangnya atau tentang apapun. Dan aku selalu berharap bahwa Ibu akan menguatkan disetiap pilihan yang telah aku ambil. Namun, Ibu terkadang mengabaikan aku yang bercerita tentang seorang yang aku suka jika ia berbeda dengan kita, dan kemudian ibu akan mulai membicarakan tentang ia yang sama dengan kita. Bu, aku selalu berharap bahwa aku adalah seorang yang bisa dengan mudah suka dengan seseorang yang diceritakan oleh orang lain seperti itu. Tapi pada kenyataannya aku menyadari, caraku menyukai seseorang bukan lah dengan paksaan seperti itu. Caraku menyukainya adalah dengan mengenalnya dan menganggapnya hanyalah seorang teman biasa yang super biasa, kemudian tanpa sadar entah dimulai sejak kapan aku akan menyadari bahwa aku ternyata telah menyukainya. Namun, jika Ibu sudah memaksakan agar perasaanku tumbuh pada orang yang ibu bawakan, maka aku hanya bisa tersenyum padamu dan berkata bahwa aku sama sekali belum bisa seperti itu. Aku harap suatu saat aku mampu melakukan seperti yang ibu minta. Ya, aku harap. Namun bukan sekarang, aku masih nyaman bu. Karena luka itu masih basah, dan aku takut jika harus merasakan hal yang sama lagi. Namun, jika ternyata pada suatu saat aku kembali menyukai seseorang yang berbeda, apakah ibu akan tetap melakukan hal yang sama seperti dahulu ? Bu, hal yang paling menyedihkanku adalah ketika aku tidak mampu menuruti keinginan Ibu, tapi bu.. perasaan ini pun nantinya hanya akan memilih jalannya sendiri tanpa aku kehendaki, dan mungkin tanpa kau kehendaki. Tuhan yang mengaturnya bu. Bila pada akhirnya pilihan Ibu adalah yang terbaik, hatiku pasti akan jatuh padanya. Namun jika tidak, tidak bisakah kita berdamai dan mengakhiri semua perbedaan persepsi ini ?

Ibu, aku benar-benar sayang pada Ibu. Dan aku tahu ibu pun juga sungguh sangat menyayangiku. Kita, 
terkadang hanya mempunyai jalan pikiran yang berbeda.

" Cerita Dongeng dari Negeri Antah Berantah "

         

0 comments: