“ Apa yang akan terjadi, ketika
tiba-tiba suatu hari, hatimu bilang; ternyata dialah orangnya, dialah orang
yang ingin kunikahi. Bukan sosok yang kuimpi-impikan selama ini, tapi sosok
yang mengenalku luar dan dalam. Yang dihadapannya aku bisa jadi manusia paling
norak dan paling sok. Yang dihadapannya aku bisa menangis dan marah semauku
tanpa takut dia hilang. “ –
Falafu
Beberapa hari ini saya ingin sekali
menuliskan berbagai macam hal mengenai pikiran-pikiran yang berlarian di kepala.
Namun, saya hanya malas untuk membuka word dan kemudian mulai menuangkannya.
Salah satu sifat buruk saya. Padahal ketika saya memutuskan untuk menyimpannya
sendiri sama saja dengan saya membiarkan diri saya semakin tenggelam di
dalamnya. Dan ketika akhirnya saya memutuskan untuk menuliskannya, maka hal itu
akan mengalir keluar dari kepala dan membuat saya lega. Begitu saja dan sangat
sederhana. Yang akhirnya membuat saya kemudian menjadi lega sekali. Sangat.
Ya, mungkin kebanyakan perempuan
ingin menikah dengan seorang yang telah mengenalnya luar dan dalam. Yang
katanya, di depannya kita bisa menjadi apa saja, baik dan buruknya dari kita.
Saya termasuk dari mereka yang menginginkannya. Tentu saja. Namun, bagaimana
jika akhirnya kita tidak dapat menemukannya. Atau mungkin, kita pernah
menemukannya namun akhirnya sengaja melewatkannya, karena ternyata ia tidak
merasakan seperti yang kita rasakan. Ada masa saya akhirnya menangis bahkan
tanpa sempat saya sadari ketika teralun sebuah lagu, hanya karena mengingat
seorang sosok yang kita inginkan bahagianya diatas bahagia kita. Ya, karena dia
adalah sosok yang selalu terbayang di kepala kita ketika semua lagu teralun,
baik dan buruknya dia. Karena buruk dari ia pun bahkan telah kau terima tanpa
kau bisa membantahnya. Ya, begitulah cinta.
Berjalan begitu saja sebelum sempat kita sadari, sebelum kita hendak
berpikir untuk mengelaknya. Ketika kau begitu ingin membencinya namun ternyata
telah terlambat, karena semua sifat buruknya pun telah dapat kau terima. Dan
saya, pernah mencintai seseorang dengan sebegitunya. Mungkin, hal tersebutlah yang
akhirnya membuat saya begitu menginginkan seorang pria yang dapat mencintai
saya dengan begitu baiknya pula seperti yang pernah saya lakukan.
Namun bagaimana jika saya adalah
termasuk dari para perempuan yang takut, takut ketika mendengar seseorang
ternyata telah menyukai kita tanpa sempat kita sadar sebelumnya. Kita bahkan
tidak bisa menerka apa yang telah membuat mereka jatuh cinta, sejak kapan, dan
bagaimana cinta itu bisa bertahan dalam diri mereka. Saya hanya takut untuk
mempercayai. Karena beberapa pikiran seperti; ‘mungkin ia hanya menyukai apa yang
terlihat saja, bagaimana mungkin ia bisa menyukai bahkan tanpa ia mengetahui
bagaimana sebenarnya saya yang sesungguhnya’ , ‘mungkin itu hanya cinta
sesaatnya saja’, ‘mungkin ia hanya terlalu baik dan ingin menghibur karena kita
terlihat begitu menyedihkan di matanya’, dan sebagainya yang terus berlarian di
kepala saya. Ya, bagaimana mungkin seseorang bisa memutuskan untuk berani
menyukai seseorang yang lain bahkan tanpa ia tahu sifat yang sesungguhnya dari
orang tersebut ? Ia, mungkin hanya suka. Namun,
bukan cinta.
Saya takut, ketika saya mulai
menerima dan telah terbiasa dengannya, dia kemudian pergi. Karena, ia
sebelumnya hanya menyukai apa yang terlihat dari saya, dan mungkin akan
terkejut melihat apa yang sebelumnya tak terlihat dari saya. Saya, tidak pernah
sebaik apa yang orang-orang katakan. Saya begitu banyak menyimpan sifat-sifat
yang mungkin berkebalikan dari apa yang orang lain sangka. Hanya orang-orang
terdekat yang sering bersama dengan saya, yang mengetahui bagaimana saya yang
sebenar-benarnya. Karena disamping sahabat-sahabat saya, saya mampu menjadi diri
saya yang sesungguhnya. Namun, tidak
disemua orang pula saya mau untuk membuka topeng ini. Bahkan menemukan seorang
yang kau nyaman untuk menjadi diri sendiri pun adalah hal yang sulit bagi saya.
Itulah mengapa, ketika saya menemukan seorang yang saya nyaman menjadi diri
sesungguhnya, saya kemudian jatuh cinta padanya, dulu. Ketika semua rasa dapat
saya ekspresikan di depannya, saya percaya bahwa ia telah menyeret saya begitu
jauh hingga nyaman menjadi apapun ketika bersama dengannya. Namun, akhirnya saya
kembali menutup diri untuk orang yang pernah singgah tanpa sempat ia pun
sadari, demi bahagianya. Karena ternyata hanya saya yang merasakan hal seperti
ini.
Saya, akhirnya menyadari, saya
menginginkan seorang yang mampu membuat saya tanpa sadar bersikap apa saja
dengan nyaman selama itu masih baik ketika berada di depannya, namun tidak
hanya sampai disana. Saya pun ingin menemukan ia yang juga mampu berekspresi
apa saja di depan saya karena ia merasakan kenyamanan yang ‘sama’.
Itulah mengapa, saya memutuskan untuk
tidak ingin percaya dengan perasaan orang lain yang mengatakan menyukai saya
bahkan tanpa ia pernah mengetahui bagaimana sifat saya yang sesungguhnya. Saya
hanya tidak sepemberani itu dalam mempercayai orang lain. Karena saya, terlalu
takut untuk kembali merasakan patah yang dalam. Patah yang rasanya sesak dan
membuat saya ingin menangis sendirian dalam malam sebelum tertidur lelap. Bayangan
itu muncul dengan sekejap ketika saya memejamkan mata, karena bayangan nya
begitu mudah muncul dalam gelap. Ia curang.
Saya tidak ingin dengan mudah membuka
diri saya hanya untuk pria yang mengatakan menyukai saya bahkan ketika ia baru
mengenal luarnya saya.
Tuhan, saya ingin jatuh cinta dan
dijatuhi cinta oleh pria yang telah mengenal baik dan buruknya saya. Ataupun
pria yang menyukai saya yang terlihat dari luar, dan tetap akan menyukai saya
ketika mengetahui bagaimana kusutnya di dalam diri saya. Pria yang bersedia
membimbing saya untuk menjadi lebih dekat kepada-Mu, bukan pria yang malah akan
membuat saya semakin jauh kepada-Mu.
Tertanda,
0 comments:
Post a Comment