Thursday, December 1, 2011

Warna Kehidupan Anak Kost ( part I )



 
              Mahasiswa kost.. Mahasiswa kost itu harus “ hemat ” , begitu istilah yang terdapat dalam beberapa Mahasiswa kost.
Hemat dalam hal apa ?
Ya dalam segala hal. Hemat makanan, hemat waktu, hemat shopping, hemat nonton, hemat tidur, hemat jalan-jalan ke mall, bahkan terkadang mandi pun harus di hemat. Ngenes.
Ehem!
Sebagai mahasiswa yang baik, saya pun termasuk orang yang sangat hemat. Cuci dan masak sendiri. Terlihat agak berat disaat teman-teman saya malah banyak yang menggunakan tenaga mesin a.k.a loundry , tapi hikmah dari nyuci sendiri itu bisa hemat sekalian olahraga ringan. Makanan ? ya hikmah dari masak sendiri itu untuk latihan jadi seorang istri yang pinter masak , buat suami. Negatifnya, kita harus tahan terhadap rasa masakan kita sendiri............ *kemudian hening berkepanjangan

Nah, terkait dengan hemat, maka terjadilah pembicaraan antara saya dengan seorang teman yang bernama xxxx, sebut saja Sherly, tentang sebuah “jazz hujan” . Sebagai seorang mahasiswa kost yang berbudi baik, tentu saya selalu mencari segala hal yang bisa di “tawar”.
Diawali dengan sebuah kalimat, “ Berapa ya sher kira-kira harga jazz hujan ? “ .
“ kemaren sih aku liat di swalayan sekitar 70 atau 80 ribu “
“ hah ? “
“ 70 sampai 80 ribu “
“ hah ?? Kayanya aku salah denger “
“ 70 sampai 80 ribu mandaaaa “
Yap, Alhamdulillah telinga saya masih normal, tapi.... Wth! Sebagai orang yang awam, saya memperkirakan harga jazz hujan itu hanya sekitar 10 ribu’an saja, ini malah beda jauuuuh sangat sama harga aslinya. Ya jelas terperongo lah saya mendengar kabar menyedihkan ini.
Dengan hati-hati agar tidak terlihat ngenes saya kembali bertanya, “ Bisa di tawar ga ?”
“ Di swalayan mana bisa. Atau kamu beli di pinggir jalan aja, kaya nya bisa di tawar ko “
“  Berapa ya kira-kira kalau mau nawar, harga aslinya berapa juga aku ga tau sher . Kan kalau tau harga asli enak mau nawar nya, makanya tadi aku tanya-tanya kamu dulu harga yang paling murahnya “ , mencoba bikin alasan agak tidak terlalu di pandang mahasiswa kere. Jleb.
“ Mungkin kamu tawar dari harga 50’an kali, mand “
“ Ish. Kemahalan kali sher “
“ Itu udah murah. Atau kalau mau beli, km pakai bahasa jawa aja biar dikasih murah. Biasanya gitu “
“ gueh ga bisaa -_____________- “

Yap, ini  adalah semacam ketidakadilan bagi rakyat pendatang, pa presiden tolong ya lain kali keadilannya lebih di perhatikan lagi. Apalagi di kalangan mahasiswa yang membutuhkan banyak dana. Kalau bisa donatur2 tolong dipersiapkan. Terimakasih.
“ Ya udah,  ada ko yang 2 ribu’an kalau kamu mau , cocok buat kamu“
*telinga langsung berdiri*
“ Yang kantong plastik dibikin jazz hujan itu loh”

Jleb! Saking ngenes kah sampai teman dekat di kampus sendiri mengatakan itu....

Bagi yang tidak tau, itu jazz hujan yang terbuat dari kantong plastik ( kresek ) yang bahkan semutpun bisa mengolahnya.

Dan berbicara soal hemat pula, demi menghemat makanan dimana kondisi perut yang selalu ingin mendapatkan asupan cemilan dan sudah tidak bisa di toleransi lagi, maka muncullah ide dari seorang Amanda Noviana yang sangat cemerlang.
 LEMPENG!!
Bagi yang tidak tau, lempeng adalah makanan di banjar semacam serabi tapi terbuat dari telur, tepung, air, gula, dan garam yang di campur menjadi satu. Jika anda suka, maka tambahkan lah pisang. Dan jika anda suka juga, tolong kirimkan lah kesini. Lumayan, menghemat uang buat beli cemilan. Sesungguhnya hamba yang beramal itu sangat di sukai oleh Allah. Amin.

                Dan.. jeng jeng.. dengan ilmu seadanya dari hasil nelpon mama, maka berhasil lah adonan itu dibuat. Dan ketika di makan... rasanya itu......

lengket...
tepungnya masih ada...
tepungnya serasa berhamburan di mulut.....
dan....
yang terpikir dalam benak hanyalah...

“ ini bukan lempeng , Tuhan“ .

Nah, walaupun dengan rasa yang super duper aneh itu, saya tetap bertahan untuk memakannya. “SAYANG” . Lagipula lidah saya sudah cukup terlatih untuk merasakan berbagai rasa aneh hasil dari percobaan memasak saya sendiri. Gagal itu hal biasa. Yang tidak gagal, itu baru tidak biasa.  Begitu kata pepatah.

Alhamdulillah yah, habislah 3 lempeng itu dilahap oleh perut. 
Besok siang nya, karena masih ada sisa adonan, dengan alasan “sayang” kembali, maka dimasaklah lagi lempeng itu. Yap, dan kembali masuk perut tercinta.

Rasanya ?
Alhamdulillah, tetap sama. Lengket.

Sebenarnya apa yang salah ?
Adonan ?
Adonannya biasa aja, tinggal di campur jadi satu.

Cara masaknya ?
 tinggal di goreng aja.

Cinta ?
kata mama memasak itu harus dengan cinta. Apa cinta saya kurang saat memasak ? saya rasa tidak.

Bakat ?
 Ehem. Bukannya mau sombong, tapi kemarin saja saat mengolah ayam mentega saya berhasil, kenapa malah sebuah lempeng gagal ? Sekali lagi, ini  bukan masalah bakat. Karena masalah bakat tidak tidak perlu diragukan lagi. Terimakasih.


 Jadi, apa yang salah ? Saya galau. Hingga akhirnya saya tertidur.


Seakan mendapat ilham, dan juga morgan kalau bisa, seketika saat bangun dari tidur saya langsung menyerbu tempat penyimpanan bahan2 masakan. Yap, tepung! Ada yang salah dengan tepung. Dan benar saja..... saya salah membedakan antara tepung biasa dengan tepung kanji! Dalam pembuatan lempeng itu, tepung biasa lah yang diperlukan, bukan tepung kanji. MasyaAllah, mand. Wajar aja kalau rasanya yang seharusnya di atas standar jadi merosot ke bawah standar. Huh. Gagal sekali itu wajar. Ingat prinsip. Gagal itu hal biasa.
                Seakan belum lengkap , teman2 saya tambah membuat perasaan menjadi lebih down:

translate : "Separah itu kah nilai kewanitaan kamu? "

" masa ngebikin lempeng yang udah jelas-jelas adalah kue yang paling gampang dibikin kamu ga bisa ?! "
"parahnya sisi wanita kamu, mand "






Tapi, saya tau, dibalik "pujian-pujian" mereka yang membuat perasaan saya menjadi gembira suka cita, pasti mereka sangat ingin memakan hasil makanan saya  yang enak itu :)

           Jadi, sebagai mahasiswa yang mengerti, hemat itu sebenarnya bisa diubah menjadi sesuatu yang lebih kreatif. Hemat terkadang tidak mesti ga makan, dan sebagainya. Kreatiflah. Hemat hanya mengurangi biaya, bukannya tidak mengeluarkan biaya sama sekali. Hemat bukan berarti ga bisa makan enak, kreatiflah, makanan enak bisa dibuat sendiri dengan biaya yang kurang. Bahkan kita akan mendapat sesuatu yang tidak kita dapatkan ketika membeli, kepuasan dan kerja keras.

   Ingat, di rumah orang tua kita sedang bekerja demi uang yang telah kita buang, bahkan kita buang untuk hal yang sia-sia. Hematlah. Dan kreatiflah. Walau kadang kreatif itu menimbulkan kegagalan, tapi mari kita terus berusaha. fight. we can do it.


Terimakasih atas perhatiannya.
Wassalam.

Tertanda
Anak kost yang Hemat,


0 comments:

Post a Comment

Warna Kehidupan Anak Kost ( part I )



 
              Mahasiswa kost.. Mahasiswa kost itu harus “ hemat ” , begitu istilah yang terdapat dalam beberapa Mahasiswa kost.
Hemat dalam hal apa ?
Ya dalam segala hal. Hemat makanan, hemat waktu, hemat shopping, hemat nonton, hemat tidur, hemat jalan-jalan ke mall, bahkan terkadang mandi pun harus di hemat. Ngenes.
Ehem!
Sebagai mahasiswa yang baik, saya pun termasuk orang yang sangat hemat. Cuci dan masak sendiri. Terlihat agak berat disaat teman-teman saya malah banyak yang menggunakan tenaga mesin a.k.a loundry , tapi hikmah dari nyuci sendiri itu bisa hemat sekalian olahraga ringan. Makanan ? ya hikmah dari masak sendiri itu untuk latihan jadi seorang istri yang pinter masak , buat suami. Negatifnya, kita harus tahan terhadap rasa masakan kita sendiri............ *kemudian hening berkepanjangan

Nah, terkait dengan hemat, maka terjadilah pembicaraan antara saya dengan seorang teman yang bernama xxxx, sebut saja Sherly, tentang sebuah “jazz hujan” . Sebagai seorang mahasiswa kost yang berbudi baik, tentu saya selalu mencari segala hal yang bisa di “tawar”.
Diawali dengan sebuah kalimat, “ Berapa ya sher kira-kira harga jazz hujan ? “ .
“ kemaren sih aku liat di swalayan sekitar 70 atau 80 ribu “
“ hah ? “
“ 70 sampai 80 ribu “
“ hah ?? Kayanya aku salah denger “
“ 70 sampai 80 ribu mandaaaa “
Yap, Alhamdulillah telinga saya masih normal, tapi.... Wth! Sebagai orang yang awam, saya memperkirakan harga jazz hujan itu hanya sekitar 10 ribu’an saja, ini malah beda jauuuuh sangat sama harga aslinya. Ya jelas terperongo lah saya mendengar kabar menyedihkan ini.
Dengan hati-hati agar tidak terlihat ngenes saya kembali bertanya, “ Bisa di tawar ga ?”
“ Di swalayan mana bisa. Atau kamu beli di pinggir jalan aja, kaya nya bisa di tawar ko “
“  Berapa ya kira-kira kalau mau nawar, harga aslinya berapa juga aku ga tau sher . Kan kalau tau harga asli enak mau nawar nya, makanya tadi aku tanya-tanya kamu dulu harga yang paling murahnya “ , mencoba bikin alasan agak tidak terlalu di pandang mahasiswa kere. Jleb.
“ Mungkin kamu tawar dari harga 50’an kali, mand “
“ Ish. Kemahalan kali sher “
“ Itu udah murah. Atau kalau mau beli, km pakai bahasa jawa aja biar dikasih murah. Biasanya gitu “
“ gueh ga bisaa -_____________- “

Yap, ini  adalah semacam ketidakadilan bagi rakyat pendatang, pa presiden tolong ya lain kali keadilannya lebih di perhatikan lagi. Apalagi di kalangan mahasiswa yang membutuhkan banyak dana. Kalau bisa donatur2 tolong dipersiapkan. Terimakasih.
“ Ya udah,  ada ko yang 2 ribu’an kalau kamu mau , cocok buat kamu“
*telinga langsung berdiri*
“ Yang kantong plastik dibikin jazz hujan itu loh”

Jleb! Saking ngenes kah sampai teman dekat di kampus sendiri mengatakan itu....

Bagi yang tidak tau, itu jazz hujan yang terbuat dari kantong plastik ( kresek ) yang bahkan semutpun bisa mengolahnya.

Dan berbicara soal hemat pula, demi menghemat makanan dimana kondisi perut yang selalu ingin mendapatkan asupan cemilan dan sudah tidak bisa di toleransi lagi, maka muncullah ide dari seorang Amanda Noviana yang sangat cemerlang.
 LEMPENG!!
Bagi yang tidak tau, lempeng adalah makanan di banjar semacam serabi tapi terbuat dari telur, tepung, air, gula, dan garam yang di campur menjadi satu. Jika anda suka, maka tambahkan lah pisang. Dan jika anda suka juga, tolong kirimkan lah kesini. Lumayan, menghemat uang buat beli cemilan. Sesungguhnya hamba yang beramal itu sangat di sukai oleh Allah. Amin.

                Dan.. jeng jeng.. dengan ilmu seadanya dari hasil nelpon mama, maka berhasil lah adonan itu dibuat. Dan ketika di makan... rasanya itu......

lengket...
tepungnya masih ada...
tepungnya serasa berhamburan di mulut.....
dan....
yang terpikir dalam benak hanyalah...

“ ini bukan lempeng , Tuhan“ .

Nah, walaupun dengan rasa yang super duper aneh itu, saya tetap bertahan untuk memakannya. “SAYANG” . Lagipula lidah saya sudah cukup terlatih untuk merasakan berbagai rasa aneh hasil dari percobaan memasak saya sendiri. Gagal itu hal biasa. Yang tidak gagal, itu baru tidak biasa.  Begitu kata pepatah.

Alhamdulillah yah, habislah 3 lempeng itu dilahap oleh perut. 
Besok siang nya, karena masih ada sisa adonan, dengan alasan “sayang” kembali, maka dimasaklah lagi lempeng itu. Yap, dan kembali masuk perut tercinta.

Rasanya ?
Alhamdulillah, tetap sama. Lengket.

Sebenarnya apa yang salah ?
Adonan ?
Adonannya biasa aja, tinggal di campur jadi satu.

Cara masaknya ?
 tinggal di goreng aja.

Cinta ?
kata mama memasak itu harus dengan cinta. Apa cinta saya kurang saat memasak ? saya rasa tidak.

Bakat ?
 Ehem. Bukannya mau sombong, tapi kemarin saja saat mengolah ayam mentega saya berhasil, kenapa malah sebuah lempeng gagal ? Sekali lagi, ini  bukan masalah bakat. Karena masalah bakat tidak tidak perlu diragukan lagi. Terimakasih.


 Jadi, apa yang salah ? Saya galau. Hingga akhirnya saya tertidur.


Seakan mendapat ilham, dan juga morgan kalau bisa, seketika saat bangun dari tidur saya langsung menyerbu tempat penyimpanan bahan2 masakan. Yap, tepung! Ada yang salah dengan tepung. Dan benar saja..... saya salah membedakan antara tepung biasa dengan tepung kanji! Dalam pembuatan lempeng itu, tepung biasa lah yang diperlukan, bukan tepung kanji. MasyaAllah, mand. Wajar aja kalau rasanya yang seharusnya di atas standar jadi merosot ke bawah standar. Huh. Gagal sekali itu wajar. Ingat prinsip. Gagal itu hal biasa.
                Seakan belum lengkap , teman2 saya tambah membuat perasaan menjadi lebih down:

translate : "Separah itu kah nilai kewanitaan kamu? "

" masa ngebikin lempeng yang udah jelas-jelas adalah kue yang paling gampang dibikin kamu ga bisa ?! "
"parahnya sisi wanita kamu, mand "






Tapi, saya tau, dibalik "pujian-pujian" mereka yang membuat perasaan saya menjadi gembira suka cita, pasti mereka sangat ingin memakan hasil makanan saya  yang enak itu :)

           Jadi, sebagai mahasiswa yang mengerti, hemat itu sebenarnya bisa diubah menjadi sesuatu yang lebih kreatif. Hemat terkadang tidak mesti ga makan, dan sebagainya. Kreatiflah. Hemat hanya mengurangi biaya, bukannya tidak mengeluarkan biaya sama sekali. Hemat bukan berarti ga bisa makan enak, kreatiflah, makanan enak bisa dibuat sendiri dengan biaya yang kurang. Bahkan kita akan mendapat sesuatu yang tidak kita dapatkan ketika membeli, kepuasan dan kerja keras.

   Ingat, di rumah orang tua kita sedang bekerja demi uang yang telah kita buang, bahkan kita buang untuk hal yang sia-sia. Hematlah. Dan kreatiflah. Walau kadang kreatif itu menimbulkan kegagalan, tapi mari kita terus berusaha. fight. we can do it.


Terimakasih atas perhatiannya.
Wassalam.

Tertanda
Anak kost yang Hemat,


0 comments: