Bismillahirrahmannirahiim
..
" Kamu gak akan pernah tau bahwa mungkin saja orang yang tidak sengaja berpapasan dengan kamu kemarin atau bahkan hari ini ternyata adalah suami kamu dimasa depan. Mana pernah saya menyangka kan bahwa org itu sekarang malah menjadi suami saya. Mengobrol saja bahkan tidak pernah. Cinta itu sederhana, dek. " –
..
..
..
Sore itu
di mesjid dekat malioboro, Jogjakarta, tiba-tiba seorang perempuan datang
menyapa seraya tersenyum. Entah siapa orang ini, pikir saya pertama kali. Dia
menyapa dengan lembut selembut perangai dan jilbab panjangnya. Teduh, pikir saya lagi. Sore itu saya
sengaja mendiamkan diri di mesjid untuk mengerjakan tugas dengan laptop yang
siap sedia ditangan sambil menunggu kedatangan mama yang sedang asyik membeli
pesanan ini itu di Malioboro, sampai perempuan ini tiba-tiba datang menyapa.
" Aku sudah dari tadi
loh memperhatikan adek " - katanya lagi.
" Ya ? "
" Lagi nunggu orang
juga ya ? Bareng yuk sambil ngobrol-ngobrol "
" Oh, boleh boleh, mari mba. Ayo sini duduk. Dengan mbak siapa ? "
" Kiki " - seraya
mengulurkan tangan.
" Manda, mbak " -
membalas sambutan tangannya.
Entah
bagaimana ceritanya, tiba-tiba saja kami sudah bercerita banyak tentang segala
hal (*penulis kurang baik, malas menceritakan semuanya, haha). Beliau, yang
ternyata lebih tua 8 tahun, bercerita tentang banyak hal saat itu. Namun, yang
paling menggelitik saya untuk terus bertanya adalah tentang kisah cinta yang
beliau alami. Mbak Kiki bercerita bahwa dia baru saja menikah selama 5 bulan
dengan seorang yang pada dahulu dia tidak menyangka bahwa orang itu akan
menjadi jodohnya kini.
" Saya sudah sering menjalani
yang namanya ta'aruf itu, namun sering ga cocok, dek. Tapi, subhanallah
tiba-tiba datang suami saya sekarang yang dahulu adalah teman satu kampus saya.
Coba tanya semua teman-teman saya, ga pernah ada yang menyangka bahwa ternyata
dia menyukai saya dahulu. Dan ketika dia datang kembali menemui saya disaat
kami telah sama-sama siap untuk berkeluarga, yasudah, tek, saya kasih alamat
orang tua saya. Saya bilang bahwa kalau dia memang serius, lamar saya langsung
ke orangtua saya. Setelah dia bicara ke orangtua saya, saya minta waktu 3 bulan
untuk berproses dengannya. Dan ternyata.. barakallah, ternyata
begini lah kami sekarang. Rasanya aneh aja, dulu saya hanya berpikir dia adalah
orang asing yang tidak sengaja berpapasan di kampus, ternyata sekarang dia
adalah suami saya " -
Demikian
lah sedikit yang saya kutip dari pembicaraan kami. Subhanallah sekali kisah
mbak kiki ini. Subhanallah juga untuk suami mbak kiki yang bisa menyimpan perasaannya selama bertahun-tahun lalu mengutarakannya disaat mereka berdua sama-sama sudah siap untuk berkeluarga.
Bahkan mbak kiki sendiri pun kaget saking ga tahu perasaan suaminya dulu. Makanya, kata mbak kiki,
siapkan diri untuk masa depan dari kekagetan-kekagetan yang mungkin terjadi,
siapa tahu yang sekarang orang asing bagi kamu dan hanya sekedar lewat ketika
bertemu di kantin atau entah dimana, eh ternyata dia adalah jodoh kamu di masa
depan. Makanya, bersikap baik dan lembut lah dimanapun kamu berada.
Selain
itu, yang membuat saya kagum adalah cara suami mbak kiki dalam menjaga kesucian
orang yang disukainya. Kenapa dia menahan perasaannya dahulu, saya rasa karena
dia tidak mau menawarkan cinta yang salah kepada mbak kiki. Dengan kata lain,
dia ingin menjaga kesucian mbak kiki.
" cinta yang suci itu adalah yang mau dan mampu menjaga kesucian pasangannya " -
Tuhan,
saya ingin cinta yang seperti itu. Karena itulah saat ini saya berjuang untuk
menjaga diri. Sayangnya, saya tidak setangguh mbak kiki dan suaminya. Tapi
Tuhan, saya akan terus berusaha dalam menundukkan nafs dan lebih meningkatkan
qalb.
Btw,
masalah cinta adalah satu hal dari sepersekian hal yang kami bicarakan sore
itu. Karena, ternyata beliau adalah mahasiswa lulusan psikologi juga! Kebetulan
kan bisa curhat masalah tugas yang saat itu sedang saya pegang juga, hehe. Kami
pun berbicara tentang kehidupan organisasi pula, mbak kiki telah keluar dari
organisasinya di semester 5. Dan kebetulan setelah dia keluar, suaminya
menjabat jadi ketua saat itu. Hanya saja mbak Kiki belum kenal, karena mereka
memang berbeda jurusan kuliah. Begitulah Tuhan ingin menjaga dua orang insan
yang berjodoh namun belum waktunya bagi mereka bersama.
Nasehat mbak kiki yang
paling saya ingat adalah..
" kamu itu masih muda.
Makanya perbanyak mengaji dan belajar. Perbanyak ilmu dunia dan seimbangkan
dengan ilmu akhirat. Bismillah, kehidupan kamu akan berkualitas dimata Allah
SWT " .
Kebetulan
juga teringat, tentang saya yang baru saja bergabung dengan kajian anak-anak
MIPA. Sedikit cerita, sebelum
bergabung dengan anak-anak MIPA saya merasa sangat galau, takut, dan khawatir.
Kenapa ? Karena saya akan menjadi satu-satunya anak yang bukan jurusan MIPA
yang bergabung dengan mereka. Tapi, ketika masuk dan telah bergabung dalam
kajian tersebut, mana ada yang namanya galau dan entah apa namanya itu, karena
Allah Maha Penyayang, Ia mempermudah setiap hamba-Nya yang ingin mendekat dan
memberikan kebahagiaan sebagai balasan. Yap, saya merasa sangat beruntung dan
bahagia dapat bergabung bersama mereka, tidak ada yang memandang sebelah mata
atau memperlakukan saya berbeda hanya karena saya bukan bagian dari organisasi
mereka. Bahkan dengan mudahnya saya dapat berbaur kepada mereka dibanding
dengan teman-teman di jurusan saya sendiri. Makanya, mari kita perbanyak
silaturahmi kita dan kegiatan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan semoga
orang lain juga ketiban manfaatnya :))
" Dek manda mungkin
saja merasa sudah mengenal saya lama, lalu kemudian kita dipertemukan hari ini.
Berbicara banyak tentang berbagai hal dan ternyata kita berasal dari lingkungan
yang sama, psikologi " - mbak Kiki.
Dalam
hati saya mengiyakan dalam diam dan tersenyum kepada mbaknya, Allah telah baik
hati mempertemukan saya dengan perempuan ini sebagai penyampai amanah yang
mungkin ingin Allah sampaikan kepada saya. Banyak hal yang mbak Kiki share kan
kepada saya terkait dengan kehidupannya sebagai mahasiswa psikologi, memberikan
banyak motivasi agar saya lebih bangkit lagi dalam mengerjakan tugas saya
sebagai pelajar. Rasanya saya pun menjadi lebih bersemangat dan tidak ingin
terlalu banyak mengeluh lagi, hyatt. Doa nya sih gitu.
Mbak kiki
mengatakan juga bahwa umur saya sekarang masih labil dalam mencari identitas.
Nanti saat 23-25 mungkin empati akan menjadi terbentuk dengan lebih lagi, dan
lebih matang dalam berpikir. Makanya, mbak kiki juga menyampaikan agar menikah
sesudah lulus kuliah saja (.____.)
Hm.. Kalau yang itu, saya
manut wae lah sama Allah SWT.
Pokoknya, saya bahagia
dengan...
- Prtemuan di Mesjid, Sore
Itu. -
#Np : Christina Perry - A Thousand Years
0 comments:
Post a Comment